merdekanews.co
Selasa, 28 Juli 2020 - 17:43 WIB

Oleh: Joko Intarto

HEMAT CEPAT

*** - merdekanews.co


----
Hemat dan cepat. Inilah dua kata yang ikut menentukan keberhasilan bisnis modern. Khususnya sejak mewabahnya virus Covid-19.
----

Diabetes Mellitus merupakan satu penyakit dengan jumlah pengidap sangat besar di Indonesia. Gangguan kesehatan yang sering disebut sebagai ‘kencing manis’ itu diderita sekitar 10 juta orang pada 2019..

Besarnya jumlah penderita Diabetes Mellitus itu dinilai cukup mencemaskan. Apalagi tingkat kenaikan jumlah penderita setiap tahun mencapai 40 persen. Penyebab Diabetes Mellitus ada dua: Faktor genetik dan gaya hidup yang tidak sehat. Khususnya pola konsumsi dan olah raga yang tidak seimbang.

Bila tidak ditangani dengan baik, Diabetes Mellitus akan menimbulkan persoalan besar. Dalam skala kecil, Diabetes Mellitus akan menurunkan kesejahteraan keluarga. Dalam skala yang besar, banyaknya penderita Diabetes Mellitus bisa menurunkan produktivitas nasional.

Untuk menangani penderita Diabetes Mellitus secara baik, berbagai pihak membuat program pendidikan dan pelatihan tenaga medis secara berkala. Pendidikan itu umumnya dilakukan secara offline.

Nah, sejak dinyatakan masa pandemi, kegiatan pendidikan dan pelatihan offline tidak bisa diselenggarakan. Acara konvensional harus diubah menjadi online. Atau tetap menggunakan metode tatap muda tetapi harus ditunda hingga 2022.

Menyiasati kondisi yang berkembang, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat membuat terobosan. Melalui RSUD Al-Qadri, Pontianak, digelarlah pelatihan tata laksana penanganan penderita Diabetes Mellitus. Tenaga pelatihnya para ahli dari RSUP Fatmawati Jakarta.

Di luar dugaan, jumlah pesertanya membludak. Awalnya diperkirakan maksimal 1.000 orang. Tidak disangka-sangka meledak hingga 3.000 orang. Semuanya tenaga profesional kesehatan. Dokter dan perawat dari seluruh Kalimantan Barat.

Saya membayangkan, seandainya tetap dilakukan secara offline, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk program pendidikan dan pelatihan yang berlangsung selama tiga hari itu?

Kalau setiap peserta menghabiskan biaya Rp 2 juta, Pemprov Kalbar harus merogoh kocek tak kurang dari Rp 6 miliar. Sementara menggunakan metode online, biaya produksi webinar untuk acara ini sangat rendah. Hemat biaya 99 persen!

Dari sisi waktu, berapa hari diperlukan untuk melatih secara offline? Bila kapasitas ruang pertemuan 200 orang, diperlukan waktu pendidikan dan pelatihan 45 hari untuk jumlah peserta 3.000 orang. Sementara secara online, waktunya hanya 3 hari saja. Berarti 15 kali lebih cepat!

Hemat dan cepat. Itulah keunggulan virtual event. Tapi bagi yang senang kerja sambil bisa jalan-jalan, kegiatan online menjadi tidak menarik. Begitulah.

Penulis adalah founder www.jagatersstudio.com (***)






  • KOPI BATU KOPI BATU Saya harus menunggu setahun untuk mendapatkan produk ini: saringan kopi dari batu alam.


  • Harian DI's Way Harian DI's Way Selamat kepada Abah Dahlan Iskan atas penerbitan Harian DI's Way yang bukan koran hari ini. Saya sepakat. Harian DI's Way memang bukan koran. Melihat ukurannya yang mungil.


  • Musim Resepsi Virtual Musim Resepsi Virtual ----- Pandemi Covid-19 mungkin sudah mereda. Tetapi gaya hidup digital sudah menjadi budaya. Resepsi online pun menjadi kenormalan baru. -----


  • Mengakali Teknologi Mengakali Teknologi Empat pembicara, peserta dan admin webinar saling terpisah. Tetapi klien ingin yang tampil di layar utama hanya dua saja. Bagaimana caranya?