merdekanews.co
Jumat, 22 November 2019 - 21:15 WIB

Rudi S Kamri, Pemerhati Sosial-Politik.

Suhendra, Figur Pemecah Masalah Bangsa dari Aceh Hingga Papua

Setyaki Purnomo - merdekanews.co

Jakarta, MERDEKANEWS - Tahukah Anda konsepsi Sabuk Nusantara? Sabuk Nusantara adalah gugusan pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, bak untaian zamrud khatulistiwa. Gugusan pulau yang penuh dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia ini harus diikat dalam satu ideologi, yaitu Pancasila dengan aura emas Bhinneka Tunggal Ika.

Ikatan persatuan bangsa bak seekor naga raksasa yang membentang dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik inilah yang disebut dengan Sabuk Nusantara, di mana Aceh menjadi kepala dan Papua ekor sang naga raksasa.

Konsep brilian untuk menyatukan  Indonesia ini pertama kali dilontarkan oleh seorang tokoh nasional yang juga pengamat intelijen senior Suhendra Hadiekuntono. "Indonesia ini negara besar dengan posisi yang sangat strategis di percaturan geopolitik global. Untuk itu kita harus cermat mengelola bangsa dan negara dalam satu ikatan Sabuk Nusantara," ujar Suhendra di Jakarta, Jumat (22/11/2019).

Untuk merealisasikan konsepsi Sabuk Nusantara ini, Suhendra tidak tanggung-tanggung. Beliau melakukan langkah besar dengan memeluk erat rakyat Aceh dengan pendekatan personal kepada figur tertinggi di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al-Haytar. Entah bagaimana kesan awal saya saat mendampingi beliau bertemu Wali Nanggroe Aceh, dua tokoh bangsa ini sudah mempunyai kedekatan personal dan emosional yang kuat dan erat.

Gestur Tengku Malik Mahmud saat bertemu dan berkomunikasi dengan Suhendra dapat disimpulkan bahwa kedua tokoh ini punya ikatan batin yang kuat mengikat. Wali Nanggroe bisa dengan bebas dan terbuka menyampaikan informasi berkategori A1 menyangkut permasalahan yang dihadapi Aceh kepada Suhendra dengan kepercayaan yang tinggi, dan sebaliknya Suhendra dengan hormat menyimak paparan juga keluhan yang disampaikan oleh Wali Nanggroe Aceh.

Dapat saya simpulkan Suhendra-lah satu-satunya orang Indonesia di luar Aceh yang tahu persis permasalahan yang dihadapi rakyat Aceh. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan Wali Nanggroe Aceh, Suhendra mampu memberikan masukan yang bersifat solutif sekaligus meredakan gejolak yang mulai menghangat di Aceh sebagai akibat pengabaian yang dilakukan pemerintah pusat. Salah satu pemikiran cerdas Suhendra adalah mampu menarik sosok Wali Nanggroe Aceh dari tokok lokal menjadi tokoh bangsa (nasional) yang sangat peduli dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Saat ini Presiden Jokowi tidak mempunyai pemahaman yang utuh tentang Aceh sehingga masih banyak permasalahan di Aceh yang belum dituntaskan sebagaimana mestinya," papar Suhendra.

Menurut Suhendra, dalam kesempatan pertama apabila bertemu dengan Presiden Joko Widodo, beliau akan memberikan gambaran utuh tentang masalah Aceh beserta solusi yang harus dilakukan pemerintah pusat.

"Aceh adalah beranda dan simpul utama dalam konsep Sabuk Nusantara, jadi selayaknya mendapatkan perhatian dan keistimewaan penanganan oleh pemerintah pusat. Kalau Aceh dengan segala potensi SDM dan SDA- nya dapat diberdayakan dengan baik, maka saya yakin secara geopolitik global Indonesia akan aman dan kuat," jelas Suhendra.

Langkah besar Suhendra tidak berhenti di Aceh. Beliau langsung melakukan lompatan jauh ke wilayah paling timur Indonesia, yaitu Papua. Bukan pejabat negara atau aparat keamanan yang didekati, Suhendra langsung mendekati sumber api yang membara di Papua. Entah dengan jurus intelijen bagaimana, yang saya tahu beliau langsung bisa melakukan pendekatan personal yang akrab dengan pucuk pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pimpinan Benny Wenda, yaitu Markus Yenu yang merupakan orang kepercayaan Benny Wenda di Papua.

Dialog personal kembali dibangun, dan berdasarkan pengamatan saya, Suhendra adalah tipikal pendengar yang baik. Jadi siapa pun akan merasa nyaman berdialog dengan beliau. Masalah mendasar tentang mengapa konflik di Papua tak kunjung padam selama kurun waktu 56 tahun telah diserap dan sudah ada di genggaman Suhendra. Beliau akan kembali memainkan perannya sebagai anak bangsa untuk membantu memecahkan masalah.

"Ternyata selama ini Presiden Jokowi telah mendapatkan masukan yang kurang tepat tentang Papua, sehingga diagnosis masalah yang diberikan kepada rakyat Papua menjadi tidak tepat. Ibaratnya Presiden Jokowi sedang mengejar asap di Bumi Cendrawasih, bukan mendekati sumber apinya. Padahal saya tahu persis perhatian Presiden Jokowi terhadap Papua sangat besar," ujar Suhendra menjelaskan.

Dengan melihat kiprah yang begitu lincah memainkan perannya, seharusnya Presiden Jokowi meluangkan waktu untuk bertemu Suhendra, agar simpul masalah yang terjadi di Aceh dan Papua dapat terurai dengan baik, sehingga sumber api dapat dipadamkan dengan tindakan yang tepat sasaran dari pemerintah pusat.

"Saya punya keyakinan tinggi, kalau Presiden Jokowi mendengarkan uraian saya tentang Aceh dan Papua beserta solusi masalah yang akan saya sarankan, permasalahan di Aceh dan Papua akan terselesaikan dengan cepat dan tepat. Konsep Sabuk Nusantara yang saya gagas dapat menjadi potensi bangsa ini untuk menapak maju menghadapi tantangan zaman," papar Suhendra.

Entah kiprah apa lagi yang hendak Suhendra mainkan untuk membantu memecahkan permasalahan bangsa ini. Yang jelas menurut saya bangsa ini akan rugi besar kalau potensi besar seperti Suhendra Hadikuntono ini tidak diberdayakan.

Tapi entah mengapa saya punya keyakinan yang kuat, sebenarnya radar Presiden Jokowi sudah intens menyorot dan mengamati gerak langkah Suhendra, sehingga tinggal tunggu momentum yang tepat untuk menarik Suhendra ke dalam lingkaran terdekat Presiden. Semoga potensi bangsa yang besar ini tidak terbuang sia-sia.
    
    
    

  (Setyaki Purnomo)