merdekanews.co
Sabtu, 02 Februari 2019 - 12:11 WIB

Di Pesantren Al Anwar, Presiden Ajak Semua Pihak Rawat Persatuan Bangsa

Hadi Siswo - merdekanews.co

Rembang, MERDEKANEWS – Presiden Jokowi bersama ibu negara Iriana mengunjungi Pondok Pesantren Al Anwar, Karangmangu, Sarang, Rembang, dalam kunjungan kerjanya, Jumat (1/2/2019). Kehadiran Jokowi untuk bertemu pengasuh Ponpes Al Anwar KH Maimoen Zubair dan melakukan zikir bersama.

 

Jokowi tiba di Ponpes Al Anwar, Jalan Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2019), pukul 17.40 WIB. Kehadiran Jokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana disambut antusias oleh warga dan santri yang memenuhi ruas jalan. Bahkan demi bisa melihat langsung orang nomor satu di republik ini, sebagian santri rela naik ke genteng rumah warga.

 

"Alhamduliah bersyukur kepada Allah SWT dapat hadir di Rembang di Sarang pimpinan Mbah Maimun zubair, ini kehadiran saya yang kesatu ditambah yang kesatu di sini," kata Presiden Joko Widodo di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang

Presiden Joko Widodo mengajak semua pihak untuk terus menjaga dan merawat persatuan, persaudaraan, dan kesatuan bangsa Indonesia. Mengingat Bangsa Indonesia dianugerahi oleh Allah keragaman, baik suku, agama, adat, tradisi, budaya, hingga bahasa daerah

 

"Saya hanya ingin mengingatkan kepada kita semuanya marilah terus kita jaga persatuan kita, terus kita jaga, kita pelihara persaudaraan kita, ukhuwah kita, terus kita rawat, kita jaga kerukunan kita. Persaudaraan, ukhuwah islamiah, ukhuwah watoniah di dalam bangsa yang besar seperti Indonesia ini sangat penting sekali," ujar Presiden.

 

Kepala Negara kemudian menuturkan, dirinya tidak ingin apabila persatuan dan persaudaraan bangsa ini tercoreng karena hal-hal kecil. Misalnya, perbedaan pilihan politik baik dalam kancah pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur, maupun pemilihan presiden.

 

Dalam pesta demokrasi tersebut, Presiden mengimbau agar masyarakat bersikap bijak dalam memilih, antara lain dengan melihat prestasi, pengalaman, program, ide, dan gagasan calon pemimpin yang akan dipilihnya. Menurutnya, pesta demokrasi tersebut tidak seharusnya diisi dengan fitnah, saling ejek, saling mencela, dan saling menghina.

 

"Itu bukan nilai-nilai agama yang kita anut, itu bukan nilai-nilai Islami, itu bukan nilai-nilai keindonesiaan kita. Kita memiliki etika, kita memiliki tata krama, kita memiliki sopan santun, kita memiliki budi pekerti. Jadi sekali lagi saya titip dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita hindari terutama di media sosial yang begitu sangat ramai sekali, terutama kalau masuk ke bulan-bulan politik seperti sekarang ini," tuturnya.

 

Luruskan Fitnah

 

Pada kesempatan ini, Presiden juga meluruskan beberapa fitnah yang sempat menerpa dirinya. Satu di antaranya adalah fitnah yang menyebut dirinya sebagai orang yang anti ulama. Padahal Presiden mengatakan setiap minggu dirinya masuk ke pondok pesantren bersama para ulama.

 

"Terus yang tanda tangan Perpres Hari Santri tanggal 22 Oktober itu siapa? Masak antiulama tanda tangan (perpres) Hari Santri. Logikanya tuh memang harus kita pakai. Kalau Cak Lontong bilang, 'Mikir.. mikir.. mikir'," jelasnya.

 

Presiden juga mengaku heran dengan pihak yang menyebut dirinya mengkriminalisasi ulama. Ia mempertanyakan ulama mana yang ia kriminalisasi. Karena menurutnya, kriminalisasi itu jika seseorang tidak mempunyai kasus hukum tapi dimasukkan ke penjara.

 

"Kalau ada kasus hukumnya, ada masalah hukum, ada yang melaporkan, aparat kemudian melakukan penyidikan-penyidikan, kemudian dibawa ke lembaga yudikatif yang namanya pengadilan, yang memutuskan di pengadilan. Kalau memang dianggap tidak salah ya mesti bebas," tandasnya. (Hadi Siswo)