merdekanews.co
Kamis, 13 Desember 2018 - 23:23 WIB

Kurangi Impor, Indonesia Sukses Ciptakan Alat Deteksi Radioaktif

doci - merdekanews.co
Serah Terima RPM

MERDEKANEWS, Banten - Konsorsium riset dan industri yang terdiri dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan PT Len Industri berhasil merampungkan purwarupa alat deteksi radioaktif Radiation Portal Monitor (RPM). Alat tersebut dapat meningkatkan keamanan nuklir di Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan dari produk luar negeri.

RPM merupakan seperangkat alat yang dilengkapi dengan sensor yang mampu mendeteksi adanya zat radioaktif. RPM sangat diperlukan untuk dipasang di seluruh pelabuhan dan bandara interasional serta pos lintas batas negara.

Hal itu guna mencegah masuknya bahan radioaktif secara ilegal. Juga menghindari penyelewengan penggunaan zat radioaktif dan bahan nuklir oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selama ini, kata Hendig, RPM yang dipasang di wilayah Indonesia merupakan produk negara lain.

"Karena produk negara lain maka jika terjadi kerusakan akan mengalami kesulitan dan biaya besar. Untuk itu lah perlu ada inovasi dari anak bangsa untuk membuat RPM dengan kemampuan sendiri," kata Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir Batan Hendig Winarno seusai seremoni uji terap RPM di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (13/12).

Saat ini, jumlah RPM yang terpasang di wilayah Indonesia, menurut Sekretaris Utama Bapeten Hendriyanto, masih berjumlah enam unit yang tersebar di pelabuhan di Tanjung Priok Jakarta, Batam, Bitung, Makassar, Belawan, dan Semarang. Jumlah itu masih terlalu sedikit dibandingkan jumlah pintu masuk-keluar wilayah Indonesia yang bisa mencapai ratusan titik.

Padahal, kebutuhan terhadap RPM di Indonesia sangat besar mengingat jumlah pintu akses masuk sangat banyak. “Yang dikhawatirkan ialah perdagangan ilegal zat radioaktif. Jika ada zat radioaktif masuk tanpa izin Bapeten itu berbahaya. Aspek keamanan negara paling utama yang dipertimbangkan dalam pembuatan RPM ini," kata Hendriyanto.

Sementara Dirjen Penguatan dan Pengembangan Kemenristekdikti, Dimyati memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pihak yang tergabung dalam konsorsium PPTI yang telah memyelesaikan pekerjaan pembuatan RPM dengan baik. RPM tersebut saat ini tengah dilakukan uji terap dan kinerjanya akan dibandingkan dengan alat yang sama namun produk luar negeri.

Sedangkan Kepala Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN), Dhandang Purwadi membeberkan RPM yang diserahkan ini nantinya akan dilakukan pengujian di lingkungan yang sesungguhnya.

 “RPM yang diserahkan sebanyak satu unit, yang dilakukan oleh Konsorsium pengembang RPM-PPTI kepada penyadang dana yakni Kemenristekdikti yang selajutnya diserahkan kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), dan kemudian diserahkan ke pihak BATAN untuk dilakukan uji-terap dilingkungan yang sesungguhnya dan dibandingkan dengan RPM buatan luar negeri yang telah terpasang sebelumnya,” bebernya. (doci)