merdekanews.co
Jumat, 09 November 2018 - 22:13 WIB

Oleh: Joko Intarto, Direktur Eksekutif Disway Institute

Pindah Kuadran, dari Karyawan Menjadi Juragan

Joko Intarto - merdekanews.co
Illustrasi Foto : Jasa Pembersih Kamar Mandi

Hujan baru saja berhenti ketika dua pemuda itu mengetuk pintu pagar kantor saya. Rupanya, mereka karyawan biro jasa pembersih kamar mandi. Staf saya memang mengontak mereka pekan lalu agar tiga kamar mandi di kantor kembali kinclong.

 

‘’Sepertinya tidak bisa kinclong 100 persen,’’ kata pemuda itu setelah menganalisa.

 

‘’Tidak masalah. Bisa 90 persen saja sudah bagus,’’ jawab saya.

 

Sambil sarapan bubur kacang ijo, kami berbincang santai dengan mereka.

 

‘’Ini usaha milik sendiri?’’ tanya saya.

 

‘’Bukan. Kami karyawan saja,’’ jawab mereka. Kompak.

 

‘’Sulitkah menjalankan bisnis ini?’’ tanya saya.

 

Menurut kedua pemuda itu, bisnis jasa pembersih kamar mandi tidak sulit. Tapi butuh modal lumayan besar.

 

Modal terbesar adalah stok bahan kimia. Setelah itu, biaya promosi. ‘’Promosinya di media online,’’ lanjutnya.

 

‘’Tidak ada rencana membuat bisnis sendiri?’’ pancing saya.

 

‘’Ada. Kami ingin mengubah nasib. Kami ingin punya bisnis sendiri. Sekarang menjadi karyawan untuk mempelajari bisnis ini. Nanti kami akan mandiri,’’ jelasnya.

 

Cerita dua pemuda pembersih toilet itu mengingatkan saya pada seorang teman baik. Anak seorang pengusaha besar. Begitu selesai kuliah, dia bekerja di perusahaan bapaknya dari posisi bawah.

 

Awalnya sebagai notulis. Kemudian menjadi petugas surveyor. Lalu menjadi supervisor. Sekarang menangani procurement. Ke depan, ia bercita-cita mendirikan perusahaan sendiri yang bidangnya berbeda dengan perusahaan orang tuanya.

 

Banyak pengusaha yang berangkat dari karyawan. Selama bekerja, mereka belajar. Setelah memahami bisnisnya, barulah mereka pindah kuadran. (Joko Intarto)