merdekanews.co
Rabu, 19 September 2018 - 08:17 WIB

3 WNI Diculik Abu Sayyaf

Patroli Maritim Menhan Dipertanyakan...

Aziz - merdekanews.co

Jakarta, MERDEKANEWS -Patroli maritim tiga negara atau trilateral rupanya masih jalan di tempat. Pasalnya, aksi penculikan terhadap tiga warga Negara Indonesia (WNI) di Filipina masih terjadi.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menengarai pelaku penculikan terhadap tiga WNI di Filipina Selatan dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf. Sebab, selama ini yang melakukan penyekapan dan penculikan adalah kelompok mereka.

“Iya Abu Sayyaf lah. Tapi kita jangan buru-buru. Biar saja yang di sana (Filipina, red),” kata Ryamizard usai mengikuti rapat kerja (Raker) di Komisi I DPR, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Diketahui, Filipina baru saja membebaskan tiga WNI pada Minggu (16/9). Mereka telah diculik oleh kelompok penculik sejak Januari 2017 lalu. Saat ini, tiga WNI telah diserahkan ke Indonesia.

Namun begitu, Ryamizard menilai ketiga WNI yang diculik itu merupakan WNI yang bandel. Pasalnya, sudah berulangkali disampaikan agar tidak melewati wilayah Filipina selatan karena rawan penculikan. Namun mereka tetap nekat.

"Bandel, sudah dibilang jangan ke sana. Saya sudah ngomong seribu kali," ujarnya.

Dia menjelaskan, yang dilakukan saat ini adalah latihan bersama Indonesia, Filipina dan Malaysia. Latihan itu untuk memperkuat patroli bersama di Filipina Selatan guna melawan perampokan atau penculikan.

"Kerja sama trilateral terutama untuk pemberantasan teroris kita lakukan. Saya bilang laut sudah, udara sudah. Lalu saya bilang darat hati-hati, saya ngomong begitu. ‎Sekarang kita latihan dulu yang benar. Jangan langsung-langsung mau perang, mati nanti," katanya.

Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M Fachir menjelaskan pada 17 September 2018 bahwa tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf tahun lalu, sudah dibebaskan. Ketiga sandera yang dibebaskan antara lain Hamdan Salim, Subandi Sattuh dan Sudarlan Samansung.

Mereka disandera sejak 18 Januari 2017 saat menumpangi perahu di perairan Pulau Taganak, Provinsi Tawi-Tawi, Filipina selatan.

"Untuk saat ini saya hanya bisa mengatakan, mengonfirmasi itu benar bahwa tiga WNI kita yang disandera sejak januari 2017 itu bebas," kata Fachir.

Saat ini, kondisi tiga WNI tersebut dalam keadaan sehat. Kendati demikian, Fachir belum bisa membeberkan detail keberadaan mereka, demi alasan keamanan.

"Satu dua hari ini ada perkembangan kita akan sampaikan. Saat ini kita tidak bisa menyampaikan detailnya dulu karena menyangkut pertimbangan keamanan," ucapnya.

Sebelumnya, kabar itu mencuat setelah media asing memberitakan bahwa tiga WNI yang diculik kelompok militant Abu Sayyaf di perairan Malaysia awal tahun 2017 lalu akhirnya dibebaskan.

Kelompok Abu Sayyaf yang terafiliasi ISIS telah melakukan berbagai aksi penculikan terhadap nelayan WNI yang melaut di perairan Sabah, Sulawesi Utara, atau Filipina selatan.

Pada Desember 2016 - Januari 2017, tujuh WNI diculik dan disandera kelompok itu. Dua di antaranya berhasil dibebaskan pada Januari 2018, berkat upaya pemerintah RI, bekerja sama dengan otoritas setempat. Maka, dengan adanya pembebasan terbaru, tersisa dua WNI yang masih ditahan sejak kasus penyanderaan tahun lalu.

Sementara itu, pada 11 September 2018, dua nelayan WNI dilaporkan diculik oleh sekelompok orang bersenjata dan berlogat Sulu (khas Filipina selatan, yang digadang-gadang sebagai sarang kelompok Abu Sayyaf) saat sedang melaut di perairan Semporna, Sabah, Malaysia. Pihak KBRI Kuala Lumpur memastikan bahwa dua nelayan yang diculik berstatus sebagai WNI, berinisial SS dan UY, berasal dari Provinsi Sulawesi Barat. (Aziz )