merdekanews.co
Kamis, 12 Juli 2018 - 08:13 WIB

Jangan Terlalu Optimis

Gagal dan Kelilit Utang Bisa Bikin Caleg Jadi Gila

Sam Hamdan - merdekanews.co
Ilustrasi

Jakarta, MERDEKANEWS - Jika Anda tidak siap mental sebaiknya jangan jadi caleg. Sebab, jika Anda gagal bisa berpotensi stres berat bahkan bisa gila.

Para bacaleg perlu siap menang, lebih-lebih siap kalah. Kalau tidak kuat mental dan spiritual, bakal calon legislatif (bacaleg) rawan tertekan, stres, bahkan gila. Peran keluarga penting.

Tes kejiwaan bacaleg hanyalah surat keterangan dari rumah sakit. Tidak menggambarkan seluruh kondisi jiwa pemegangnya. Dokter jiwa RSUD Ibnu Sina dr Mefi Windiastuti SpKJ menyebutkan contoh.

Saat tes kejiwaan, seorang bacaleg terlihat normal. Sehat, yakin, dan optimistis.

Namun, kondisi berubah drastis setelah tahu dirinya gagal. Pikiran dan perasaan kacau. "Fokus pada kegagalan. Ditambah perasaan. Risikonya ya stres," jelas dr Mefi seperti dikutip JPNN.

Dia mengingatkan, punya keinginan boleh. Ambisi juga tidak salah. Namun, jika berlebihan dan tidak sesuai dengan realita, akan muncul gap yang lebar. Bisa timbul frustrasi.

Biasanya, bacaleg sudah mengeluarkan banyak uang agar bisa terpilih menjadi anggota dewan. Lalu, usahanya gagal.

Padahal, harta benda dan tenaga sudah terkuras. Kadang sampai utang-utang. Ternyata tidak berhasil. Saat itu hasil tes kesehatan jiwa tidak bisa jadi acuan.

"Sebab, kondisi kejiwaan bisa sewaktu-waktu berubah. Mental masing-masing orang berbeda," ucapnya.

Ketidaksiapan mental bisa saja membuat bacaleg depresi berat.

Apa solusinya? Kedekatan keluarga sangat penting. Sebab, bacaleg akan sibuk mendekati pemilu.

Suasana tenteram dalam keluarga akan turun. Dokter yang tinggal di Cerme itu menyarankan kedekatan keluarga diperkuat menjelang pemilihan.

"Terutama pasangan. Bacaleg bisa sharing dengan istri," imbuhnya.

"Ikhtiar dan tawakal kuncinya. Jadi, bukan hanya lahiriah dan material. Batiniah juga dilibatkan," tutur Mefi.

Potensi Setres

Pada 2014, ada sekitar 200 ribu calon anggota legislatif baik untuk Dewan Perwakilan Rakyat RI, DPR Daerah tingkat I, DPRD tingkat II maupun Dewan Perwakilan Daerah. Dari jumlah tersebut hanya ada 19.699 kursi yang tersedia.

Itu artinya ada kurang lebih 90 persen atau sekitar 180 ribu caleg yang berpotensi gagal meraih kursi di parlemen. Kegagalan seorang politisi menuju parlemen bisa memunculkan gangguan kejiwaan atau stres.

Pada 2009 lalu misalnya, Kementerian Kesehatan melansir ada 7736 caleg yang stres karena gagal menjadi anggota dewan. Rinciannya caleg untuk DPR RI sebanyak 49 orang, DPRD I sebanyak 496 orang, caleg DPD sebanyak 4 orang, dan caleg DPRD II sebanyak 6.827.

Tingkah polah para caleg stres tersebut beraneka rupa. Di daerah pemilihan I Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat misalnya. Setelah gagal terpilih, seorang caleg menarik kembali bantuan sebuah mesin genset yang di sumbangkannya ke masjid.

Tak hanya itu, dia juga menarik bantuan dana sebesar Rp 1 juta yang disumbangkannya ke dua musala. Sementara di Bogor Jawa Barat, seorang caleg menarik kembali ratusan buku tabungan yang masing-masing berisi senilai Rp50 ribu.

Buku tersebut dibagikan saat kampanye di Kecamatan Bogor Barat, Jawa Barat, buku tabungan ditarik setelah perolehan suara si caleg di daerah tersebut tak lebih dari 10 persen. (Sam Hamdan)