merdekanews.co
Jumat, 22 Juni 2018 - 01:14 WIB

Kecuali Ada Program Besar

Kata LSI Duet Hasanah dan Asyik Sulit Menang di Pilkada Jabar?

Sam Hamdan - merdekanews.co
Empat pasang calon gubernur dan wakil gubernur Jabar selfie.

Bandung, MERDEKANEWS - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pede kalau pasangan yang diusung PDIP yakni Hasanah dan duet Asyik hasil koalisi PKS, Gerindra dan PAN sulit menang.  Dua pasang calon di Pilkada Jabar itu tak memiliki kans kuat.

Direktur eksekutif lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Toto Izul Fatah menegaskan, pasangan Mayjen (Purn) TB Hasanudin-Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan dengan jargon Hasanah dan Mayjen (Purn) Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan slogan Asyik tidak memiliki kans kuat kemenangan.

Hasanah berada di 7,7 persen, sedangkan Asyik 8,2 persen. "Hampir enggak mungkin pemenang Pilgub Jabar oleh pasangan Asyik dan Hasanah. Ini jadi pekerjaan rumah besar, ada kecenderungan dari pengalaman kita ribuan kali survei sejak 2005 kalau calon yang sudah trennya turun itu biasanya berat untuk reborn," ungkap Toto di Bandung Jawa Barat, Kamis 21 Juni 2018.

Menurutnya, hasil survei tersebut bisa terbantahkan jika dua pasangan ini memiliki manuver kejutan di menit-menit akhir menjelang pencoblosan pada 27 Juni 2018.

"Kecuali ada program besar di detik-detik akhir, Sudrajat Syaikhu praktis stagnan, di Maret itu 8,2 sekarang di Juni kurang lebih sama. Tapi dibanding dengan survei sebelumnya yang kita tidak publish jauh lebih kecil di bawah lima persen," katanya.

Sedangkan pasangan Hasanah, lanjut Toto, memiliki kenaikan dari angka buncit pada Maret dengan elektabilitas 4,1 persen. "Terjadi kenaikan yang lumayan signifikan ya walaupun tiga persen pada TB Hasanudin-Anton Charliyan, dari 4,1 awalnya di bawah Asyik, sudah melejit ke 7,7 persen," katanya.

Namun, Toto memastikan kans kuat lingkaran kemenangan Pilgub Jabar hanya terjadi antara duet Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dan incumbent Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan pertarungan sengit dan selisih elektabilitas tipis.

"Baik melihat tren maupun besaran elektabilitas, hanya dua pasangan ini yang sangat mungkin memenangkan Pilkada di Jawa Barat. Kecuali ada situasi yang abnormal," katanya.

Pihaknya berkaca pada kasus mantan Bupati Subang Imas yang sebelumnya memiliki tren elektabilitas kuat di Pilkada 2018, anjlok signifikan karena terjaring operasi tangkap tangan KPK.

Toto menilai, fenomena tersebut masuk dalam kategori tsunami politik yang akan memberikan situasi terbalik terhadap calon lain.

"Abnormal itu bisa diciptakan atau datang sendirinya karena kasus tertentu. Terjadi misalnya tsunami politik yang masive atau money politik yang masive. Tapi untuk konteks Jawa Barat, hampir mustahil terjadi money politik yang masive karena butuh cost yang besar, tinggal masalahnya apakah dua pasangan ini mau melakukan ini? Kita enggak tahu," katanya. (Sam Hamdan)