Jakarta, MERDEKANEWS - Dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Grup Bank Dunia (WBG) di Washington D.C, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menghadiri pertemuan ke-4 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 yang merupakan pertemuan terakhir di bawah Presidensi G20 Brazil.
Topik pembahasan yang diangkat mengenai isu penguatan Bank Pembangunan Multilateral (Multilateral Development Banks/MDBs), sektor keuangan dan inklusi keuangan, serta isu-isu perekonomian global, sekaligus menandai 25 tahun terbentuknya Jalur Keuangan (Finance Track) G20.
Berbagai tantangan global turut menjadi pembahasan dalam agenda tersebut, seperti produksi dan perdagangan, konsentrasi pendapatan dan kesejahteraan, perubahan iklim, pembiayaan kesehatan, serta ketidakstabilan politik dan geoekonomi. Wamenkeu mengajak komitmen bersama negara anggota G20 untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan memperkuat peran G20 sebagai forum utama dalam kerja sama ekonomi internasional.
Selain itu, Wamenkeu menghadiri ASEAN-IMF Closed Door Annual Roundtable of ASEAN Finance. Pertemuan tersebut mendiskusikan tantangan dan prioritas kawasan Asia Tenggara, termasuk rantai pasok regional, pembangunan berkelanjutan, daya tahan pangan, serta ekonomi digital melalui ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
Wamenkeu juga berperan aktif dalam agenda utama Development Committee Plenary, bersama Dewan Gubernur negara anggota IMF dan WBG. Wamenkeu menyampaikan bahwa peningkatan risiko ekonomi global dan konflik geopolitik telah menekan pertumbuhan ekonomi. Wamenkeu menyerukan penguatan kerja sama multilateral melalui reformasi struktural dan investasi hijau untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Adapun apresiasi Wamenkeu sampaikan terhadap langkah World Bank dalam membantu negara anggota menghadapi tantangan melalui World Bank Evolution Roadmap yang mencakup peningkatan kapasitas pembiayaan sebesar USD150 miliar dalam 10 tahun melalui inovasi keuangan, pelaksanaan Framework for Financial Incentives (FFI) dan Livable Planet Fund (LPF) untuk hibah dalam menghadapi tantangan global.
Roadmap tersebut juga mengatur pengurangan rasio ekuitas terhadap utang untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan tanpa menurunkan peringkat AAA International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan penguatan kapasitas penyerapan proyek dan penurunan suku bunga pinjaman bagi negara anggota.
Di sisi lain, Wamenkeu juga menyatakan dukungannya terhadap tambahan pendanaan International Development Association (IDA) 21st Replenishment (IDA21) untuk membantu negara miskin, rentan, dan terdampak konflik melalui pembiayaan rendah bunga dan hibah. (Viozzy)
-
Bukan Sekedar Angka, APBN 2025 Tetap Jaga Prinsip Fiscal Prudence Bukan Sekedar Angka, APBN 2025 Tetap Jaga Prinsip Fiscal Prudence
-
Tim Fact-Finding Mission OECD Mulai Review Ekosistem Semikonduktor di Indonesia Tim OECD akan membantu Pemerintah untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan di Indonesia dalam pengembangan ekosistem semikonduktor
-
Dilantik Presiden Jokowi Sore Ini, Keponakan Prabowo Bakal Jabat Wamenkeu Dua nama politikus Partai Gerindra dikabarkan bakal mengisi posisi wakil menteri yang akan dilantik Jokowi sore ini
-
Grab Business Forum, Wamenkeu Dorong Partisipasi Tumbuhkan Ruang Ekonomi Baru Indonesia Industri maklon menjadi industri yang berkembang pesat karena ini memang industri yang berbasiskan kreativitas. Saya enggak bisa lepas mikirin ini ketika memikirkan tentang Grab. Karena menurut saya fenomenanya sama