
Peta Jalan Ekonomi Sirkular Resmi Diluncurkan
Jakarta, MERDEKANEWS -- Kualitas lingkungan dengan keanekaragaman hayati sangat strategis bagi pengembangan ekonomi hijau dan sirkular. Indeks kualitas lingkungan hidup Indonesia disebut meningkat mencapai 72,53 poin pada 2023.
“Indonesia terus mempertahankan kualitas lingkungan, mengingat posisi kita sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi dan sumber daya alam melimpah. Indeks kualitas lingkungan hidup terus meningkat, mencapai 72,53 poin pada 2023,” ungkap Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa saat pembukaan Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation, and Circularity, yang berlangsung 3-5 Juli 2024, di Jakarta Convention Center.
Ekonomi hijau akan menjadi pendorong transisi menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Suharso juga meluncurkan dua dokumen penting, yaitu Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia, serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan.
“Jika diterapkan dengan serius di lima sektor prioritas (pangan, elektronik, kemasan plastik, konstruksi, dan tekstil), ekonomi sirkular berpotensi memberikan manfaat tinggi pada pembangunan kita. Contohnya, ekonomi sirkular meningkatkan PDB Indonesia kisaran Rp593 triliun hingga Rp638 triliun; menciptakan 4,4 juta lapangan kerja hijau hingga pada 2030 dengan 75% dari total pekerjaan merupakan tenaga kerja perempuan; mengurangi timbulan limbah 18%-52% dibandingkan business as usual pada 2030, juga berkontribusi menurunkan emisi GRK 126 juta ton CO2,” kata Suharso.
Kementerian PPN/Bappenas menyiapkan ekosistem agar ekonomi sirkular dapat berjalan baik sebab hingga kini yang berlangsung belum terstruktur. “Kita sedang menyiapkan ekosistem untuk mencapai tujuan bahwa ekonomi sirkular dan ekonomi linier kita harus menyediakan ekosistem sejak awal,” ujar Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Priyanto Rohmattullah dalam Circular Talks yang digelar di Jakarta, Rabu.
Ia mengakui hingga kini ekonomi sirkular memang sudah dijalankan di Indonesia, tetapi masih terbatas pada gerakan atau belum terstruktur. Ia menyebutkan ekonomi sirkular memiliki potensi sebesar Rp500 triliun sehingga mampu mendongkrak perekonomian dalam negeri.
Karena itu, pihaknya hingga kini tengah menyiapkan berbagai aturan agar ekosistem ekonomi sirkular ini dapat terbentuk. “Di Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) sudah mulai kita bahas. Sementara Rencana Pembangunan Jangka Panjang sedang dalam pembahasan dengan DPR,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komite Tetap Energi Baru Terbarukan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jaya Wahono mengungkapkan profit menjadi hal utama yang patut diperhitungkan oleh pelaku usaha. Karenanya, kepastian regulasi dari pemerintah untuk para investor diperlukan.
Itu karena investasi dalam ekonomi sirkular diperkirakan dapat balik modal dalam kurun waktu yang tidak pendek, sehingga dukungan peran pemerintah dalam regulasi menjadi hal yang krusial serta menjadi pertimbangan penting bagi investor. “Karena ini investasi jangka panjang, regulasinya juga harus konsisten. Artinya ada kepastian,” katanya. (Viozzy)