Jakarta, MERDEKANEWS - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Widyasanti melaporkan dua komoditas pertanian nasional, padi dan jagung sukses menjadi pemicu utama kenaikan Nilai Tukar Petani atau NTP di bulan Januari 2024. Diketahui, NTP Januari tahun ini tercatat sebesar 118,27 atau naik 0,43 persen.
"NTP pada Januari tercatat sebesar 118,27 atau naik 0,43 persen jika dibandingkan Desember 2023. Ada 4 komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan it nasional. Di antaranya gabah dan jagung," ujar Amalia dalam berita resmi statistik, Kamis, (1/2/24).
Amalia mengatakan, kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,69 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya 0,26 persen.
"Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 1,66 persen. Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan itu adalah subsektor tanaman pangan seperti gabah dan jagung," katanya.
Selanjutnya, Amalia mencatat kenaikan serupa juga terjadi pada Nilai Tukar Usaha Petani atau NTUP. NTUP pada bulan tersebut mencapai 120,03 atau naik sebesar 0,28 persen jika dibandingkan dengan Desember 2023. Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani atau it naik sebesar 0,69 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya 0,41 persen.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM nasional adalah upah pemanenan, upah penanaman, upah membajak, dan upah mencangkul," katanya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa saat ini petani tengah menikmati harga komoditas yang baik. Apalagi, kata Kuntoro, mulai bulan ini para petani kembali memasuki musim panen raya jagung di beberapa sentra jagung seperti Jawa Timur, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Selatan, NTT dan Sumatera Utara serta Aceh.
"Saat ini petani sedang menikmati kenaikan harga komoditas dan pada periode mendatang kita juga akan memasuki masa panen jagung, diharapkan kesejahteraan petani meningkat secara signifikan," katanya.
Mengenai hal ini, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat, Otong Wiranta memastikan bahwa saat ini penggunaan alat mesin pertanian atau mekanisasi di wilayah sentra produksi pertanian berjalan secara masif. Dia menyebut, penggunaan mekanisasi memiliki dampak positif terhadap perkembangan produksi yang terus meningkat di setiap tahunya.
"Secara persentase angka produksi di wilayah kami, Jawa Barat meningkat karena para petani mampu mengoperasikan mekanisasi hasil bantuan pemerintah," katanya.
Otong mengatakan, pemerintah sejauh ini memiliki perhatian yang sangat besar terhadap nasib petani di Jawa Barat. Di antaranya adalah akses petani terhadap saprodi berupa pupuk, benih sampai bantuan alsintan seperti combain harvester yang mampu menambah produksi jika menggunakan power thrasher.
"Alhamdulillah produksi di bandung raya menjadi lebih cepat dan hasilnya berdampak langsung pada nilai kesejahteraan petani," jelasnya. (Viozzy)
-
BPSDM Kemendagri Bangun Kesepahaman Kerja Sama dengan KAS Jerman dan The Habibie Center BPSDM Kemendagri Bangun Kesepahaman Kerja Sama dengan KAS Jerman dan The Habibie Center
-
BPS: Ekspor Pertanian Naik 61,91 Persen Disaat Sektor Lain Alami Penurunan Secara tahunan semua sektor mengalami penurunan kecuali sektor pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 16,91 perse
-
Jelang Sidang IMO MEPC Ke 81 London, Kemenhub Pimpin Persiapan Delegasi Indonesia kegiatan ini juga bertujuan membahas berbagai usulan dari negara anggota IMO berkaitan dengan perlindungan lingkungan maritim
-
Sri Mulyani: Hingga Januari 2024, Belanja Pemerintah Pusat Capai Rp96,4 Triliun Realisasi belanja dari Kementerian/Lembaga (K/L) mencapai Rp44,8 triliun atau 4,1 persen dari pagu Rp1.090,8 triliun, terutama dikontribusikan oleh belanja untuk mendukung persiapan Pemilu yang terealisasi sebesar Rp16,5 triliun per 12 Februari 2024
-
Mendag Zulkifli Hasan: Neraca Dagang Januari 2024 Kembali Lanjutkan Surplus Surplus perdagangan Januari 2024 memperpanjang catatan surplus beruntun yang terjadi sejak Mei 2020. Surplus Januari 2024 merupakan perkembangan positif dan dapat menopang kinerja perdagangan luar negeri Indonesia ke depan