merdekanews.co
Senin, 19 Maret 2018 - 16:07 WIB

Masuk Musim Weak La Nina, BMKG Ingatkan Potensi Karhutla

Setyaki Purnomo - merdekanews.co
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati

Jakarta, MERDEKANEWS  - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa kondisi cuaca hingga Mei memasuki fase weak La Nina. Potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) membesar.

Hal itu disampaikan Dwikorita dalam Munas Ke-X Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bertema Kemitraan dengan petani sawit Demi kesejahteraan bangsa di Hotel Fairmont, Jakarta, pada 14-16 Maret 2018. “Potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap ada dan harus diantisipasi sejak dini,” kata Rita sapaan akrab Dwikorita.

Tahun ini, kata Rita, BMKG memerkirakan cuaca lebih basah ketimbang 2015. Tingkat kekeringan tidak seekstrim 2015. Periode Mei-Agustus 2018, Indonesia memasuki musim kering namun tidak merata.

Dilanjutkan musim hujan secara merata di seluruh wilayah Indonesia pada Oktober hingga Desember. Sebagian wilayah di Sumatera, Jawa dan Kalimantan, pada Maret ini memasuki puncak musim kering. Karena itu, potensi hutan terbakar tetap ada dan harus diantisipasi. “Pada saat bersamaan, ada juga wilayah mengalami puncak musim hujan seperti pantai barat Sumatera. sebaliknya di pantai timur justru kering," kata mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) itu.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo menambahkan, kondisi cuaca 2018 yang diprediksi normal, merupakan momentum yang baik untuk produksi sawit. "Saat ini ada weak La Nina hingga Mei. Cuacanya lebih basah dibandingkan 2015. Prediksi kami pada Maret-April hujan meski tidak merata," kata Prabowo.

Dengan masih adanya potensi karhutla, BMKG meningkatkan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) guna pencegahan. "Antisipasi dini harus tetap ada, sehingga saat memasuki kemarau, kebakaran tidak meluas," kata dia.

Ketua bidang Agraria dan Tata Ruang Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono memperkirakan, produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) 2018 bakal meningkat ketimbang 2017.

Kenaikan produksi ini, kata dia, didukung membaiknya cuaca 2018. "Efek cuaca tahun ini memang tidak terlalu bagus, namun tidak juga buruk. Kami yakin, panen tidak akan terganggu seperti pada 2017,” papar Eddy.

Kata Eddy, cuaca yang lebih normal di tahun ini, berdampak baik bagi produksi. Badai El Nina yang terjadi pada 2015, dipastikan tidak akan terulang di tahun ini. Asumsi inilah yang menjadi alasan GAPKI optimis bahwa produksi CPO bisa terkerek menjadi di atas 38 juta ton.

Namun begitu, kata Eddy masih ada catatan penting yakni tidak adanya banjir atau karhutla, panen kelapa sawit tidak terganggu. “Jika terjadi kebakaran cukup besar, butuh minimal satu tahun untuk mengembalikan kondisi kebun," kata Eddy.

Eddy memastikan, seluruh korporasi yang menjadi anggota GAPKI, siap mengantisipasi dampak musim kering. Segala kemampuan dikerahkan untuk mencegah terjadinya karhutla.

"Tahun ini, kami lebih siap, setelah belajar dari pengalaman tahun 2015. Korporasi sawit juga berkomitmen untuk membantu pemerintah dan masyarat mencegah karhutla. Terbukti, pada tahun 2016-2017 kebakaran berhasl ditangani sehingga tidak meluas," kata Eddy.

 

  (Setyaki Purnomo)