merdekanews.co
Rabu, 30 Agustus 2023 - 09:25 WIB

Atasi Perubahan Iklim dan Polusi Udara, Menko Luhut: Kurangi Deforestasi, Penanganan Lahan Kritis dan Sampah

Viozzy - merdekanews.co
Menko Luhut dalam kunjungan kerja ke Hulu DAS Citarum di Desa Ciminyak, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat pada Selasa (29/8). 

Bandung, MERDEKANEWS -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan menyampaikan masalah climate change dan polusi udara yang menjadi parah. Apalagi diramalkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada bulan ini sama sekali tidak akan ada hujan paling tidak di Jakarta. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Menko Marves menyampaikan perlu adanya langkah kurangi deforestasi, penanganan lahan kritis, dan sampah. 

"Karena perubahan cuaca itu besar, ini adalah musuh kita ramai-ramai. Mungkin kalau bahasa kerennya itu war against pollution atau perperangan melawan polusi. Jangan ada motong-motong pohon atau deforestasi lagi. Indonesia salah satu negara terbaik yang mengurangi deforestasi tahun lalu dan saya kira ini kerja keras dari KLHK. Kita juga salah satu negara di dunia juga yang terbaik dalam penanganan polusi, penanganan sampah-sampah ini.  Kita akan ambil semua langkah yang terpadu untuk mengurangi (polusi)," ungkap Menko Luhut dalam kunjungan kerja ke Hulu DAS Citarum di Desa Ciminyak, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat pada Selasa (29/8). 

Dalam kunjungan kerjanya kali ini, Menko Marves melakukan peninjauan terhadap program penanganan lahan kritis dilaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan secara vegetatif dan sipil teknis baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan negara untuk mengatasi dampak perubahan iklim tersebut di mana salah satunya di Hulu DAS Citarum di Desa Ciminyak, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat.

Ini merupakan salah satu lokasi persemaian kerja sama Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves dengan Astrazeneca dan Trees4trees tentang Dukungan terhadap Upaya Reboisasi dan Revitalisasi Lahan Kritis di DAS Citarum.

Program ini merupakan bagian dari program global AZ Forest, untuk menanam 50 juta pohon di seluruh dunia, dan hampir setengahnya (20 juta pohon) akan ditanam di Indonesia. Program ini juga mendukung inisiatif Pemerintah Jawa Barat untuk reboisasi dan revitalisasi Sungai Citarum serta agenda investasi berkelanjutan untuk memitigasi kebakaran hutan tahunan, tanah longsor dan perubahan iklim.

Menko Luhut menambahkan Program AZ Forest diharapkan dapat memastikan perawatan dan pertumbuhan berkelanjutan dari pohon-pohon yang ditanam. Mekanisme pemantauan diperlukan untuk melacak perkembangan dan menjamin kesuksesan upaya rehabilitasi. 

"Rehabilitasi lahan kritis sebaiknya dapat memberikan insentif kepada masyarakat setempat dan pohon-pohon yang ditanam bernilai ekonomi, baik itu pohon kayu maupun buah secara wanatani. Melalui praktik agroforestri dapat memberikan manfaat ganda berupa pemulihan lingkungan dan keberlanjutan ekonomi. Program AZ Forest yang di Tanjung Puting agar bisa dialihkan ke DAS Citarum. Keberhasilan menanam 20 juta pohon akan bisa merehabilitasi dan merevitalisasi lahan kritis di luar kawasan hutan DAS Citarum, menjaga kelestarian sumber air sekaligus menyejahterakan masyarakat," jelas Menko Luhut.

Menko Luhut kemudian melanjutkan kunjungan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Cicukang Oxbow. Sampah saat ini menjadi isu krusial  yang dihadapi oleh Indonesia yang harus diselesaikan secara tuntas dan cepat.

Apalagi dengan adanya kejadian kebakaran di TPA Sarimukti, Bandung, Jawa Barat adalah pengingat bahwa kita tidak bisa lagi mengandalkan pola lama. Sampah harus dikelola secara terintegrasi dari hulu-hilir dan berkelanjutan, serta semaksimal mungkin untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi baru.

"Sekarang ini setiap langkah kita lakukan untuk menangani sampah ini,  tadi dengan Pak Gubernur dan Pak Bupati di sini (TPST Cikukang Oxbow) sudah mereka membuat RDF (Refuse Derived Fuel) itu kelihatannya berhasil. Dari sektor  7 mereka punya inovasi,  bekerja sama dengan pusat membuat untuk proses sampah itu dengan berstandard yang bagus itu jadi bisa 1 jam 1 ton.  Mesin ini tadi oleh Pak Gubernur Ridwan kita mau coba bikin per desa atau kelurahan satu. Jadi, nanti inovasi ini kita coba kembangkan," tambah Menko Luhut. 

Menko Luhut menjelaskan tahun ini dan tahun depan, harus bersiap untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim di Indonesia dengan musim kemarau yang semakin panjang dan kering, serta curah hujan yang lebih rendah. Pada bulan Agustus-September diprediksi El-Nino akan mencapai puncak dengan intensitas lemah hingga moderat.

Hal ini berpotensi berdampak pada ketersediaan air, produktivitas pertanian, dan ketahanan pangan. Dampak perubahan iklim dan El-Nino ini pun niscaya akan berpengaruh terhadap DAS Citarum, sehingga diperlukan langkah antisipatif diperlukan seperti peringatan dini, pengumpulan air hujan, pengelolaan bendungan yang optimal, penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca, serta promosi pertanian tadah hujan dan sumur bor.

"Melalui Program Integrated Solid Waste Management (ISWMP) dengan dukungan World Bank di DAS Citarum telah dibangun fasilitas-fasilitas pengolahan sampah (TPST). Diharapkan dapat dikelola dan dioperasikan secara berkelanjutan. Untuk pengelolaan sampah di Kawasan Bandung Raya, diharapkan Pak Gubernur dapat mempercepat proses Pembangunan PSEL di Legok Nangka. Keberadaan PSEL ini tidak hanya menjadi langkah maju dalam mengatasi permasalahan sampah, tetapi juga memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menangani volume sampah yang semakin meningkat," tutup Menko Luhut.  (Viozzy)