Jakarta, MERDEKANEWS - IKAL Strategic Center (ISC) menyelenggarakan forum diskusi bertajuk “Potensi Ancaman Deepfake Image Menjelang Pelaksanaan Pilpres 2024”, di Sekretariat ISC, Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2023.
Acara yang demikian penting ini dibuka langsung oleh Ketua ISC Pof. Dr. Der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri. Tampil sebagai pembicara dalam forum diskusi tersebut Prof. Dr. Teddy Mantoro. Forum diskusi dihadiri pula sejumlah jajaran pimpinan ISC, antara lain Sekretaris Jenderal ISC Laksd (Purn) Suraya Wiranto, SH, MH, Wakil Sekretaris Jenderal ISC Dr. Dra. Nieta Hidayani, MBA, MM.
Hadir pula pengurus bidang antara lain Ketua Bidang Ekonomi Prof. Dr, Paul Soetopo Tjokronegoro, MA, MPE, Wakil Ketua Hukum dan HAM Surmadjito SH, MH, Wakil Ketua Sosialiasi Komunikasi dan Kerja Sama Dipl. Ing. Lilly S. Wasitova, serta segenap jajaran pimpinan Ikatan Keluarga Alumni Kebangsaan Lemhannas (IKABNAS). Hadir juga pakar maritim Indonesia dari ISC, Dr (HC) Marcellus Hakeng Jayawibawa, yang belum lama ini mendapat anugerah doktor kehormatan (honoris causa/HC) dari CMR University India.
Dalam kata sambutannya, Pof. Dr. Der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan bahwa deepfake adalah teknologi yang dapat menciptakan konten multimedia palsu dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI). Istilah ini berasal dari gabungan kata "deep learning" (pembelajaran mendalam) dan "fake" (palsu).
“Dengan demikian sangat penting untuk mengetahui deepfake. Ini langkah pertama untuk mendeteksi dan konten palsu ini. Ini penting untuk mengatasi dampak negatifnya,” jelas Pof. Gumilar seraya menekankan bahwa semakin banyak deepfake yang menyebar, semakin sulit bagi masyarakat umum untuk membedakan antara konten asli dan palsu.
Sementara itu Prof. Dr. Teddy Mantoro menyampaikan pemaparannya demikian detail dan rinci. Dijelaskan olehnya bahwa teknologi deepfake dapat digunakan untuk membuat gambar atau video palsu dari seseorang dan menggambarkannya dalam situasi atau tindakan yang sebenarnya tidak mereka lakukan.
“Jelaslah ini mengancam privasi individu. Juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan penipuan,” jelas Prof. Dr. Teddy Mantoro seraya mengatakan bahwa hal ini dapat mempengaruhi opini publik. “Bisa merusak reputasi individu, atau bahkan memicu konflik jika informasi palsu tersebar luas,” tandasnya.
Oleh karena itu, tambah Prof. Dr. Teddy, penting bagi individu, lembaga, dan masyarakat umum untuk mendidik diri mereka sendiri tentang deepfake. “Dengan demikian bisa memahami cara mendeteksinya, dan berkontribusi pada upaya pencegahan penyebaran konten palsu yang merugikan,” pungkas Prof. Dr. Teddy. (Doddi)
-
Frans Seda: Pahlawan Nasional dari Nusa Tenggara Timur Frans Seda, nama lengkapnya Franciscus Xaverius Seda, adalah seorang tokoh yang meninggalkan jejak abadi dalam sejarah Indonesia, dan patut diangkat sebagai pahlawan.
-
Pertamina Group Raih Predikat Leadership AA di Ajang ESG Disclosure Transparency Awards Pertamina Group Raih Predikat Leadership AA di Ajang ESG Disclosure Transparency Awards
-
Jadi Tersangka Penipuan Tiket Konser Coldplay, Ghisca Debora Gelapkan Uang Rp5,1 Miliar! Polres Metro Jakarta Pusat menahan Ghisca Debora Aritonang atau GDA (19), pelaku kasus penipuan tiket konser Coldplay
-
Prof. Dr. Multamia RMT Lauder, Dalam Konteks Geopolitik Indonesia, Toponimi Dapat Cerminkan Sejarah, Budaya, dan Identitas Suatu Daerah Menurut Prof. Dr. Multamia RMT Lauder SS. MSe, DEA yang juga selaku Guru Besar Geolinguistik dan Ketua Komunitas Toponimi Indonesia, menjelaskan bahwa dalam konteks geopolitik Indonesia, toponimi dapat mencerminkan sejarah, budaya, dan identitas suatu daerah.