Jeddah, MERDEKANEWS -- Pemerintah Arab Saudi dinilai perlu mendengar masukan dari berbagai negara pengirim jemaah terkait pentingnya peningkatan kualitas layanan haji. Pemerintah Arab Saudi juga diharapkan dapat melibatkan negara-negara pengirim jemaah haji dalam proses perbaikan layanan tersebut.
Hal ini menjadi salah satu poin yang dibahas bersama dalam pertemuan antara Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dan Misi Haji dari Libya di Kantor Urusan Haji (KUH) KJRI, Jeddah, Sabtu kemarin.
“Indonesia dan Libya mempunyai perspektif yang sama tentang perlu adanya upaya perbaikan layanan yang dilakukan oleh Arab Saudi,” terang Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief.
“Kami juga sepakat bahwa Saudi perlu menerima masukan dan melibatkan negara-negara pengirim jemaah dalam proses peningkatan kualitas layanan haji,” sambungnya.
Delegasi Misi Haji Libya dipimpin Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah, Ali M.A Hammuda. Hadir mendampingi, Konsul Jenderal Libya di Jeddah Abdur Razaq Ibrahim, Kepala Biro Media Hatim Al-Laafy, Kepala Biro Pembinaan Muhammad as-Sakit, dan Kepala Biro Pelayanan Abdullah al-'Uqaily.
Kehadiran mereka disambut oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Prof Hilman Latief. Ikut hadir, Ketua PPIH Arab Saudi 1444 H/2023 yang juga Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Nur Arifin, serta Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam.
Kepala Badan Penyelenggara Haji dan Umrah Libya Ali M.A Hammuda mengatakan, pihaknya sengaja berkunjung ke KUH KJRI Jeddah untuk bertemu PPIH Arab Saudi dalam rangka belajar dan bertukar pikiran dengan misi haji Indonesia. Menurutnya, jumlah jemaah haji Libya sebanyak 7.800 orang dengan biaya $6.800 (sekitar 102 juta dengan kurs dollar sebesar Rp15.000).
“Masa tinggal kami di Madinah selama empat hari, tidak ada Arbain,” terang Ali MA Hammuda di Jeddah.
Ali M.A Hammuda mengatakan, bahwa saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), Syarikah (perusahaan) yang bertanggung jawab menyiapkan layanan untuk jemaah haji Libya adalah Duwal al-‘Arabiyah. “Kami juga mengalami masalah yang sama dengan Indonesia dan jemaah haji negara lainnya dalam pelaksanaan layanan di Masyair pada tahun ini,” jelas Ali.
Selama musim haji, jemaah haji Libya mendapat layanan katering sebanyak dua kali sehari. Layanan itu diberikan dalam bentuk sarapan dan makan malam. Katering ini diberikan di luar layanan Masyair yang disiapkan Syarikah Duwal al-‘Arabiyah.
“Untuk penentuan jemaah haji yang berangkat dalam setiap tahunnya, kami lakukan dengan cara pengundian,” tandasnya.
-
Ditjen Hubud: Kloter Terakhir Jemaah Haji Debarkasi Surabaya Tiba dengan Aman dan Selamat Koordinasi antar instansi dan stakeholder terkait seperti imigrasi, kementerian agama, penyelenggara bandara dan maskapai pada angkutan haji ini berjalan sangat baik di Surabaya
-
Sinergi Luar Biasa Stakeholder, Pelayanan Haji 2024 di Bandara Internasional Juanda Lancar Tanpa Kendala Berarti Sinergi antar stakeholder di sini bisa dibilang luar biasa
-
Kloter 106 Tiba di Bandara Juanda, Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 di Surabaya Resmi Berakhir Kedatangan kloter pamungkas itu sekaligus menandakan berakhirnya penyelenggaraan ibadah haji tahun 2024 di Debarkasi Surabaya
-
Kloter KJT-30 Tutup Fase Pemulangan Jemaah Haji Indonesia 2024 Dengan kepulangan jemaah kloter KJT-30 yang diterbangkan hari ini, Senin, 22 Juli 2024 pukul 01.00 WAS, maka fase pemulangan jemaah haji gelombang II dinyatakan selesai
-
Kemenag: Pengurusan Slot Time Penerbangan Jemaah Haji Kewajiban Maskapai Kemenag tidak memiliki wewenang untuk mengajukan slot time. Karenanya, urusan slot time masuk dalam item kontrak berdasakan skema pemberangkatan yang harus dipenuhi maskapai