
Bogor, MERDEKANEWS - Longsor dan penutupan jalan membuat hotel dan pedagang di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat sepi. Biasanya kawasan sejuk itu selalu dipenuhi oleh warga Jakarta yang hendak berlibur dan menikmati kuliner ala Sunda.
Somad, pedagang sekuteng mengaku akibat jalur ditutup omzetnya turun hingga 70 persen. "Kalau begini bisa bangkrut. Warga Jakarta gak ada yang ke Puncak," keluh pria Cianjur, Jawa Barat ini.
Hal senada diucapkan Ading, 45 tahun. Bapak tiga anak yang berdagang Soto Bogor ini mengaku sudah 4 hari tidak jualan. "Jualan rugi gak laku. Sepi pembeli ya lebih baik tutup," bebernya.
Genap sepekan longsor yang terjadi di sejumlah titik kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor hingga menewaskan satu orang warga. Longsor di kawasan ini masih menyisakan dampak sistemik terhadap perekonomian warga dan kalangan pengusaha penginapan.
Pasalnya, hingga saat ini jalur Puncak tepatnya mulai dari kawasan wisata Gunung Mas PTPN VIII, Desa Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor hingga Ciloto, Cipanas, Kabupaten Bogor sepanjang 7 kilometer terpaksa ditutup untuk kendaraan roda empat.
Kondisi tersebut membuat, ratusan pengusaha hotel dan restoran maupun pelaku UMKM di sepanjang Jalur Puncak (Bogor-Cianjur) mengeluh karena kebijakan ditutupnya Jalan Raya Puncak bagi kendaraan roda empat berpengaruh terhadap pendapatan sehari.
Pedagang lainnya, Sutisna (67) mengatakan, omzetnya menurun drastis setelah ditutupnya ruas jalan tersebut.
"Sepi sekali, baru sekarang gara-gara ada longsor hanya dua mangkuk saja yang terjual. Minimal kalau hari biasa bisa habis enam mangkuk dan akhir pekan bisa 12 hingga 15 mangkuk," kata kakek dua cucu yang sudah berjualan soto mi di tepi jalan Raya Puncak, tepatnya depan kantor Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, pada Minggu (11/2/2018).
Hal senada diungkapkan, Manager Hotel Talita Mountain Resort and Talita Bukit Raya, Ciloto, Puncak, Andi Noverico.
"Bisa dikatakan longsor kali ini merupakan sejarah bagi kita sebagai pengusaha hotel mengalami kerugian, selama hampir sepekan ini zero occupansi (nol penghuni hotel). Padahal lonsgor di kawasan Puncak itu sudah sering terjadi, tapi tidak berdampak separah ini," kata Andi saat ditemui di Puncak.
Menurut Andi, dampak dari keputusan pemerintah dalam menyikapi longsor di jalur Puncak, dengan melarang kendaraan melintas dari arah Jakarta maupun Cianjur maupun sebaliknya.
"Kemudian di pemberitaan juga ramai yang menyebutkan jalur Puncak ditutup total. Padahal yang ditutup itu hanya di titik longsor di kawasan Riung Gunung dan Ciloto, Pacet, Cianjur karena sempat adanya proses evakuasi dan perbaikan tebing jalan raya Puncak yang dianggap rawan terjadinya longsor susulan," katanya.
Pihaknya berharap, kebijakan penutupan jalur Puncak, mulai dari Gunung Mas, Bogor hingga Ciloto, Kabupaten Cianjur oleh Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan selama 10 hari itu, tidak diperpanjang.
"Semoga proses pekerjaan perbaikan tanah longsor di sejumlah tebing jalur Puncak yang saat ini masih berlangsung bisa cepat selesai dan arus lalu lintas di jalur Puncak kembali normal," katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bogor, Budi Sulistio saat dikonfimasi mengaku kebijakan jalur Puncak ditutup selama 10 hari ini pastinya berimbas pada menurunnya tingkat okupansi hotel hingga 10%. Budi menduga, sepinya hotel dan restoran diduga masyarakat hanya mengetahui separuh-separuh soal keputusan penutupan jalur Puncak itu.
Sehingga banyak yang mengurungkan rencana kunjungan ke kawasan ini. "Padahal kan yang ditutup hanya dari Gunung Mas hingga Ciloto," keluhnya.
Budi berharap semua pihak ikut, khususunya media membantu menyeimbangkan pemberitaan dan meluruskan persepsi masyarakat terkait kondisi Puncak. "Sampai tadi ada hotel yang melaporkan pembatalan empat bookingan. Padahal kan tidak ada masalah di jalur Puncak ini. Jadi istilahnya yang pada mau makan atau menginap juga jadi ragu," ujarnya.
Untuk memulihkan kondisi tersebut, lanjut budi, dibutuhkan informasi yang lebih gencar terkait kondisi pariwisata Puncak yang sehat kepada masyarakat. Termasuk Jalan Raya Puncak yang masih bisa dilalui, dari Ciawi hingga Gunung Mas.
Sebagai informasi, ada lebih dari 300 hotel dan restoran dari kawasan Ciawi hingga Cisarua. Untuk satu hotel dan restoran kelas atas yang ada di kawasan Puncak, rata-rata mematok harga Rp400.000 per kamar. Jika dikalkulasi, kerugian 300 hotel dan restoran bisa mencapai Rp3 miliar lebih.
(Ira)
-
Ada Luka Lebam, Wartawan Media Online yang Ditemukan Tewas di Hotel Korban Pembunuhan? SW ditemukan tak bernyawa sehari setelah tiba di Jakarta. Tubuhnya ditemukan dengan kondisi lebam dan wajah membengkak
-
Pasca Gencatan Senjata, Perlu Strategi Baru untuk Dukung Kemerdekaan Palestina Pasca Gencatan Senjata, Perlu Strategi Baru untuk Dukung Kemerdekaan Palestina
-
Dukung Penyediaan Energi Gas Bumi di IKN, PGN Salurkan Gas ke Hotel Nusantara Dukung Penyediaan Energi Gas Bumi di IKN, PGN Salurkan Gas ke Hotel Nusantara
-
Restaurant di Habitare Apart’ Hotel Hadirkan All You Can Eat BBQ ala Jimbaran Bali Restaurant di Habitare Apart’ Hotel Hadirkan All You Can Eat BBQ ala Jimbaran Bali
-
Produk Mamin Indonesia Siap Dicicip Peserta Seoul Food and Hotel 2024 Pameran ini menjadi peluang produk makanan dan minuman Indonesia untuk mengikuti jejak kesuksesan produk yang sudah berkibar di pasar Korea Selatan, seperti Indomie dan Kopiko yang sudah memiliki pasar di kalangan konsumen