merdekanews.co
Rabu, 07 Februari 2018 - 18:10 WIB

Sepak Terjang M Taufik

DPD Gerindra DKI Jakarta, Dari 3 ke 20 Hingga Beranak Pinak

Sam Hamdan - merdekanews.co
M Taufik saat menemui pendemo di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Jakarta, MERDEKANEWS - 10 tahun lalu tepatnya tahun 2008, M Taufik dari KPUD resmi bergabung ke partai besutan Prabowo. Banyak aktivis, politisi bahkan birokrat menyayangkan langkah politik M Taufik untuk bergabung ke DPD Gerindra DKI Jakarta.

Karena, sekaliber Taufik yang pernah menjabat sebagai Ketua KPUD tentunya dengan mudah jika ingin bergabung ke partai yang sudah jadi.

Tapi, Taufik enggan mendengarkan cemooh atau ejekan orang. Dia tetap haikul yakin membangun Gerindra. Kala itu kepada wartawan dia mengaku, Gerindra bakal besar dan disegani di Jakarta.

"Lihat saja nanti, Gerindra bakal besar. Konsep Prabowo bagus dan inilah modal kita untuk membangun DPD," tegasnya dengan nada pede kepada wartawan pada 2008 sambil memegang disain rumah yang akan dijadikan Taufik sebagai markas DPD Gerindra DKI Jakarta.

Kata dia, berpartai itu bukan jabatan tapi bagaiman bisa bekerja, mengorganisir dan menuangkan ide besar dari Prabowo. Alhasil, mulailah ada satu dan dua orang ikut bergabung.

Beberapa bulan kemudian, dari 3 orang, kader Gerindra bertambah menjadi 20 orang. Mulailah rapat digelar dari kafe ke kafe. "Kita terus konsolidasi untuk membentuk jaringan dari DPC hingga kecamatan dan kelurahan," ucap Taufik.

Dari 20 orang itulah akhirnya Gerindra beranak pinak. Tanpa disangka di Pemilu 2009, berhasil merebut 6 kursi. Dari sinilah cikal bakal Gerindra besar.

Saat itu Taufik tidak nyaleg. "Tugas saya belum selesai. Biarkan saya diluar parlemen untuk membesarkan partai seperti pesan Pak Prabowo," ungkap Taufik di 2009.

Lalu di 2014, Taufik kembali mencetak sejarah dia berhasil mengantarkan 15 kader Gerindra ke Kebon Sirih. Kali ini dia nyaleg dan berhasil menduduki kursi Wakil Ketua DPRD.

Kepiawaian Taufik memang maknyus. Dari 6 menjadi 15 dan berhasil menggeser Partai Demokrat serta PKS yang selama ini mendominasi perolehan suara di Kebon Sirih.

10 Tahun Kemudian

10 tahun kemudian saat merayakan HUT Gerindra ke-10, Taufik kembali mengenang masa perjuangannya.

“Saat itu, kami mulai membangun dari tiga orang, lalu bertambah menjadi 20 orang. Kalau rapat hanya pindah-pindah dari kafe ke kafe. Saya juga pernah berkampanye hanya di hadapan tiga orang sopir taksi di kawasan Tanah Kusir. Saya meyakini bahwa sedikit bukan berarti kecil dan itu terbukti kader terus bertambah banyak,” kenang Taufik saat acara perayaan HUT Ke-10 Gerindra di kantor DPD DKI Jakarta, Jl Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakpus, Rabu (7/2/2018).

Dalam waktu singkat, Gerindra bagaikan bayi ajaib yang cepat bertumbuh besar. “Gerindra makin banyak diminati masyarakat karena memiliki gagasan besar dan tokoh besar yakni Pak Prabowo,” papar Taufik sambil menambahkan Gerindra kini sudah menjadi partai besar kedua di Jakarta.

Pada pileg periode 2004-2009 Gerindra mendapat enam kursi DPRD dan periode 2014-2019 melonjak jadi 15 kursi. “Adapun pileg tahun 2019 kami menargetkan menjadi partai pemenang dan merebut 30 kursi,” tandasnya.

Baca Peta Politik

Kiprahnya di ibukota memang tidak bisa dianggap remeh. Bang MT sapaan ngetop Mohamad Taufik sudah paham soal ibukota sejak dia menjadi aktivis mahasiswa.

Tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), MT dikenal sebagai pengkritik kebijakan Pemprov DKI Jakarta. Kini setelah berstatus politisi, MT dikenal jago dalam membaca peta politik.

Terbukti, sejak pilkada serentak digelar di ibukota, jago yang didukung Gerindra selalu menang. Pilkada 2012, saat Jokowi-Ahok melawan incumbent, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, hanya MT yang berani pasang badan kalau Jokowi-Ahok bakal menang.

Padahal saat itu banyak kader Gerindra, yang tidak yakin atas ucapan MT. Begitu juga saat Pilkada 2017, MT juga juga dengan pede teriak kalau Anies-Sandi akan menang.

Lagi-lagi ucapan MT banyak tidak diamini sebagian kader. Tapi, MT terus bergerak hingga akhirnya Anies-Sandi mampu menumbangkan Ahok-Djarot.

Tapi kini tragisnya, ketika Anies-Sandi menang banyak oknum kader yang sok berkeringat bahkan mengklaim berjuang. Padahal, saat Anies-Sandi baru ditetapkan hanya MT dan segelintir kader yang keluar masuk kampung mengkampanyekan pasangan nomor 3.   (Sam Hamdan)