merdekanews.co
Rabu, 07 Februari 2018 - 02:15 WIB

Masuk Radar Cawapres

Moeldoko Dekati Melody JKT48 dan Kaum Melenial

Hadrian - merdekanews.co
Moeldoko

Jakarta, MERDEKANEWS -Disebut namanya berpeluang maju sebagai Cawapres, Moeldoko mulai menggarap kaum melenial. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut Moeldoko berpeluang maju sebagai cawapres dengan popularitas 18.0 persen.  

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengundang melody JKT48  dan kaum milenial untuk membahas tantangan untuk kaum melenial di Kantor Staf Presiden (KSP).  Moeldoko menyampaikan pentingnya produktif.

"Mereka yang bertahan adalah mereka yang berhasil membangun dirinya. Tidak cukup hanya itu, mereka yang berhasil adalah mereka yang berhasil membangun dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dengan melakukan hal-hal yang produktif," kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, Veteran, Selasa (6/2/2018)

Sejumlah selebriti milenial sampai YouTuber diundang dalam diskusi ini. Mereka adalah Eka Gustiwana, Jesica Milla, Yasa Singgih, Ayla Dimitri, Danny Syah Aryaputra, Vanesha Prescilla (pemeran 'Milea' dalam film Dilan 1990), Anggika Bolsterli, Melody Nurramdhani Laksani 'JKT48',Vikra Ijas, serta kakak-adik Andovi daLopez dan Jovial daLopez. 

Melody JKT48 bahkan mengunggah fotonya bersama Moeldoko lewat Twitter seusai acara tersebut. Mantan Panglima TNI juga bercerita tentang penemuan mahasiswa UGM yang menginspirasinya. Menurut Moeldoko, karya seperti ini harus banyak diproduksi oleh kaum milenial.

"Saya pernah bertemu dengan seorang mahasiswa UGM yang menemukan teknologi micro bubble untuk sistem perikanan. Setelah berdiskusi dan dimatangkan, teknologi tersebut kini sudah bisa masuk ke skala industri, dan dapat mempercepat pertumbuhan ikan-ikan, menjadi lebih cepat," katanya.

Moeldoko juga berterima kasih kepada mereka yang telah aktif membuat konten positif, sehingga bisa menginspirasi orang lain. Setelah pemaparan Moeldoko, ada pula sesi tanya-jawab. Vanesha, pemeran tokoh 'Milea', bercerita bahwa karakter dalam film juga bisa menginspirasi kaum milenial.

"Sosok Dilan dalam film sekarang menjadi tokoh publik yang diidam-idamkan generasi milenial. Dilan tidak hanya ditampilkan dengan menonjolkan karakter dan sifat yang terkesan negatif dengan kenakalan-kenakalannya," kata Vanesha. 

Soal Pilkada, Moeldoko mengatakan, gesekan politik tahun ini tak bisa dihindari. Sejumlah calon kepala daerah bakal menggunakan sejumlah cara untuk memenangkan kontestasi di Pilkada. Namun begitu, Ia yakin, gesekan politik takkan mampu membuat Indonesia keos. 

Menurutnya, masyarakat Indonesia sudah dewasa dalam menyikapi proses pemilu. “Kalau dilihat dari kalkulasi, mungkin akan terjadi guncangan. Tapi yang ingin saya yakinkan masyarakat Indonesia sungguh sangat dewasa menyikapi itu," kata Moeldoko usai mengadiri diskusi tentang pilkada di Jakarta, kemarin.

Menurut Moeldoko, proses pemilu di Indonesia dibagi tiga. Sebelum pemilihan, pemilihan, dan pasca pemilihan. Umumnya masyarakat Indonesia lebih antusias pada proses prapemilu atau kampanye. Setelah pemilu terlaksana, situasi cenderung kondusif dan tidak terjadi konflik berarti. “Ini menunjukkan kedewasaan masyarakat Indonesia dalam berpolitik,” katanya.

Moeldoko juga mengatakan, pemilih Indonesia telah memiliki sifat kritis. Sebelum menentukan pilihan, biasanya mereka mencari tahu sosok calon pemimpin yang akan dipilih. Saat pilihannya tidak terpilih, mereka menerima hasil tersebut.

“Sebelumnya didiskusikan, dilihat satu per satu prestasi dan kekurangannya, karena ingin memilih calon pemimpin yang baik. Kritisnya begitu, jagoannya tidak terpilih dia dewasa tidak melakukan resistensi, lebih ke penerimaan,” ujarnya.

Karena itu, Moeldoko meyakini bahwa proses Pilkada 2018 dapat berjalan baik. Partisipasi politik Indonesia sudah meningkat dan kelompok masyarakat dapat mengendalikan kelompoknya dengan baik.

“Hal positif bangsa Indonesia memiliki partisipasi politik yang sudah meningkat. Mereka memiliki kontribusi dan stabilitas keamanan dengan mengendalikan kelompoknya masing-masing,” katanya.

Meski begitu, Moeldoko mewanti-wanti TNI dan Polri agar tidak main-main mengamankan proses Pilkada di sejumlah daerah. Dia mengimbau, TNI-Polri untuk menjaga netralitasnya. Dia meminta, aparat keamanan harus bersifat netral supaya tidak ada persoalan baru yang mengancam stabilitas nasional.

“Jangan bermain-main soal keamanan. Tidak (boleh) macam-macam. Kalau aktor keamanannya macam-macam pasti akan terjadi sesuatu, karena dia sudah mulai tidak netral dia berpihak kanan dan kiri," kata Moeldoko.

Bekas Panglima TNI itu mengatakan, yang harus dilakukan Polri dan TNI nantinya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengamankan Pilkada. Dia meminta agar diantara kedua lembaga tersebut tidak ego sektoral.

“Bagaimana TNI mengkomunikasikan antara pemerintah daerah dengan polisi. Agar menyelenggarakan kambtibmas bisa berjalan sinergi, tidak memiliki ego sektor yang kuat. Percayalah kalau itu terjadi risiko politik itu tidak ada,” katanya (Hadrian)