merdekanews.co
Rabu, 15 Desember 2021 - 15:11 WIB

Ispikani Jateng Gelar FGD, Membangun Kolaborasi Inovasi Teknologi Terapan Mendungkung Peningkatan Produksi Perikanan

Atria Aji - merdekanews.co
Focus Group Discussion Ispikani dengan tema “Membangun Kaloborasi Inovasi Teknologi Terapan untuk Mendukung Peningkatan Produksi Perikanan di Jawa Tengah” di Kantor Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang, Senin (13/12).

Semarang, MERDEKANEWS - Prof. Suradi selaku Ketua Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) Cabang Jawa Tengah mengatakan perlunya sinergitas antar stakeholders dalam membangun Perikanan dan Kelautan di Jawa Tengah.

"Sinergi tersebut dapat melalui penerapan teknologi inovatif kepada masyarakat kelautan dan perikanan selaku penggerak ekonomi di lapangan," ujar Prof Suradi dalam Focus Group Discussion dengan tema “Membangun Kaloborasi Inovasi Teknologi Terapan untuk Mendukung Peningkatan Produksi Perikanan di Jawa Tengah” di Kantor Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang, Senin (13/12).

FGD ini digelar Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) Cabang Jawa Tengah bekerja sama dengan BBPI Semarang. Kegiatan di hadiri oleh lebih kurang 50 peserta, diantaranya Pejabat Fungsional Perekayasa dan Litkayasa dari BBPI Semarang dan BBPBAP Jepara, FPIK UNDIP dan Dinas KP serta Bappeda Provinsi Jawa Tengah.

Prof Suradi menegaskan, Ispikani Jawa Tengah sangat konsen dan peka terhadap permasalahan dalam pengelolaan perikanan dan kelautan di Provinsi Jawa Tengah. Permasalahan ini perlu peran dan dukungan kuat dari semua pihak untuk berperan aktif dan terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan solusi melalui penerapan teknologi tepat guna yang selanjutnya dapat meningkatkan derajat ekonomi masyarakat dan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan.

Hadir dan menjadi Pembicara Kunci Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Ir. Fendiawan Tiskiantoro, M.Si. sekaligus Wakil Ketua Ispikani Cab. Jawa Tengah, menyampaikan beberapa tantangan dan kebutuhan teknologi terapan dalam upaya peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya. 

Fendiawan mengungkapkan, di tahun 2020 produksi perikanan tangkap Jawa Tengah mencapai 433.938 ton dengan nilai produksi Rp7,015 triliun, dengan jumlah nelayan 171.248 orang dan 17.052 unit kapal perikanan serta mendarat di 57 pelabuhan perikanan. 

"Sedangkan produksi budidaya mencapai 509.944 ton dengan nilai 
Rp8.05 triliun yang meliputi komoditas lele, nila, bandeng, udang vanamme, dan rumput laut. Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan dan kendala diantaranya beban produksi khususnya BBM dan pakan yang sangat tinggi (60 persen-80 persen), kualitas air lahan budidaya yang semakin menurun, tingkat hidup (SR) ikan budidaya yang masih rendah, 
kualitas ikan hasil tangkapan rendah, masih maraknya penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan dan kesadaran atas keselamatan berlayar yang masih rendah," jelas Fendiawan.

Beberapa permasalahan yang disampaikan Kepala Dinas KP Prov Jateng, langsung mendapatkan respons baik dari Kepala Balai Penangkapan Ikan Semarang Widodo, S.Pi., MSc. yang sekaligus sebagai Dewan Penasehat Ispikani.

Selama ini, kata Widodo, Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) telah menghasilkan beberapa teknologi terapan di bidang penangkapan ikan, yaitu:

Pertama, Teknologi Konverter Kit yang dapat mengkonversi penggunaan BBM ke BBG/LPG dan 
bisa menghemat biaya operasional 37 persen s.d. 60 persen. Kedua, Teknologi Refrigerated Sea Water
(RSW), Chiller dan ozon generator yang mampu mempertahankan mutu hasil tangkapan. Ketiga, Teknologi Bubu lipat ikan/rajungan dan jaring tarik berkantong menjadi alternatif 
pengalihan alat tangkap tidak ramah lingkugan (Cantrang, Arad, Cotok).

"Keempat, berkaitan dengan efektifitas dan keselamatan penangkapan ikan ditawarkan melalui Teknologi VMA (Vessel Monitoring Aid). Kelima, Teknologi Rumah Ikan yang dapat menjawab permasalahan kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan Sumber Daya ikan," kata Widodo.

Selanjutnya, terkait dengan permasalahan pengembangan usaha perikanan budidaya, dijawab oleh Plt. Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara Bapak Moch Arifin, S.E. 

Penasehat Ispikani Cab. Jateng ini mengatakan bahwa program pakan mandiri dan pakan alami berupa magot mampu menjawab permalasahan kelangkaan dan kemahalan harga pakan 
pabrikan.

"Teknik Penerapan IPAL dan Teknologi Millenial Shirmp Farm pada budidaya Udang Vaname mampu menjaga kualitas air dan meningkatkan Survival Rate (SR) pada Udang Vanname," kata  Arifin.

Pelaksanaan FGD, juga dihadiri Dekan FPIK UNDIP Prof. Ir. Tri Winarni Agustini M.Sc, Ph.D. sebagai pembahas, yang menyampaikan poin penting dalam inovasi teknologi adalah adopsi dan pengaplikasian teknologi di tingkat masyarakat sehingga mampu mengurangi 
biaya produksi, meningkatkan pendapatan memasyarakat yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

"Pengelolaan SDI juga harus didukung dengan Penggunaan sistem big data, sistem digitalisasi, penggunaan drone sehingga cepat, akurat dan tepat menuju smart fishing dan smart aquaculture," jelas Prof Tri.

Sementara Bappeda Prov. Jateng yang diwakili Wahyu Prasetyo S.Pi., M.Si. sangat mendukung pengembangan sektor perikanan dan kelautan di Jawa Tengah melalui 
penerapkan money follow priority, simplifikasi program kelautan dan perikanan dimana pada hulu berfokus untuk pengelolaan teritorial dan hilir fokus pengembangan komoditas
yang mengikuti kebutuhan pasar baik lokal maupun interlokal. 


Pernyataan tersebut juga 
perkuat oleh Kepala BKIPM Semarang Sokhib, S.Pi., M.P. bahwa pasar produk Perikanan Jawa Tengah mampu menembus pasar lokal, nasional, dan bahkan internasional.

"Nilai ekspor di tahun 2020 mencapai Rp2,78 triliun, dengan negara tujuan diantaranya Amerika Serikat, Jepang, China, Malaysia dan Korea Selatan, sedangkan komoditas unggulan yang di ekspor adalah daging rajungan, surimi, nila, makarel, dan cumi-cumi. Namun demikian hal ini megalami penurunan 4,5 persen dari tahun sebelumnya (2019) yang nilai ekspronya mencapai Rp2.91 triliun. (Atria Aji)