
Jakarta, MERDEKANEWS - Kisruh Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) kian memuncak. Kubu 'Ambhara' mempertimbangkan Wiranto untuk kembali menjabat ketua umum.
Wiranto saat ini menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Hanura. "Jadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah soal keberadaan beliau (Wiranto)," kata Waketum Hanura Nurdin Tampubolon saat dihubungi, Selasa (16/1/2018).
Nurdin menilai Wiranto perlu diusung kembali menjadi ketum mengingat kondisi saat ini tengah memasuki tahun politik. Menurutnya, Partai Hanura perlu membangun kepercayaan publik melalui pergantian ketum.
"Apalagi sekarang menuju pemilihan capres-cawapres, DPR, DPD, serta DPRD provinsi dan kabupaten/kota. Jadi perlu adanya konsolidasi secara nasional, sehingga diperlukan untuk membangun trust terhadap partai ini dulu," ujarnya.
Kubu 'Ambhara' sudah tak ingin dipimpin oleh Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai ketum. Mereka pun membandingkan kepemimpinan OSO dengan Wiranto, Ketum Hanura sebelumnya.
Ketua DPD Partai Hanura Sumatera Barat Marlis menilai sejumlah program di era kepemimpinan OSO memberatkan kader partai yang masuk di ranah legislatif, khususnya daerah. Dia mengatakan, selama OSO memimpin partai, anggota Dewan dari Fraksi Hanura harus menyetorkan dana 50 persen dari gaji yang diperoleh.
Lalu, dana partisipasi. Dana ini disumbangkan anggota dewan. DPR RI Rp 200 juta per tahun, DPRD provinsi Rp 50 juta per tahun, kemudian DPRD kabupaten/kota Rp 20 juta per tahun dan dibayarkan selama 4 tahun.
Kabar yang beredar, kisruh Hanura berawal dari urusan pilkada. "OSO terlalu kasar mainnya," celetuk kader Hanura yang namanya enggan disebutkan.
Sekjen Baru Ala OSO
Tidak mau kalah, Oesman Sapta Odang (OSO) yang sudah dilengserkan dari kursi ketua umum langsung menunjuk sekjen baru. Ketua DPD RI ini mengangkat keluarga besan Jokowi sebagai Sekjen Partai Hanura, Herry L Siregar.
Herry menggantikan posisi Sarifuddin Sudding. Manuver OSO ini terkesan hendak berlindung di balik Jokowi. Artinya, ada pesan politik dengan mengangkat Herry sebagai sekjen.
"Pak Harry justru yang menyelesaikan sisa-sisa semacam itu. Karena Pak Harry dapat menertibkan sistem pelaksanaan rekrutmen calon," kata OSO di kediamannya, jalan Karang Asem Utara, Jakarta Selatan, Selasa (16/1/2018).
OSO juga menjelaskan Herry saat itu dipilih sebagai ketua tim Pilkada pusat Hanura karena ketua sebelumnya, Farid Al Fauzi mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Menurut OSO, pergantian tersebut wajar dilakukan.
"Itu boleh saja, kan Farid itu ketua Pilkada kita berhentikan karena dia calon dari partai Hanura untuk menjadi bupati di Bangkalan. Masa dia jadi calon bupati dia jadi ketua Pilkada," ujarnya.
Terkait keberadaan SK dukungan ganda kepada calon kepala daerah, OSO menyebut itu kesalahan Sekjen yang sebelumnya. Ia pun telah membatalkan SK yang double tersebut.
Diketahui, Harry adalah kerabat dari Bobbi Nasution suami dari Kahiyang Ayu. Saat pernikahan, Kahiyang juga diberi marha Siregar.
(YN Ata)
-
Presiden Prabowo Jamu Bill Gates di Istana Negara, Ini Sejumlah Isu yang Dibahas Presiden Prabowo Subianto menyambut kedatangan pendiri Microsoft dan tokoh filantropi dunia Bill Gates di Istana Merdeka
-
Sampaikan Permintaan Maaf ke Sutiyoso, Hercules Malah Bilang Begini ke Gatot Nurmantyo Padahal, kata Hercules, ia selama ini sudah memperbaiki diri menjadi orang baik
-
Cahaya Kartini, Pertamina Hadirkan Tiga Perempuan Inspiratif Cahaya Kartini, Pertamina Hadirkan Tiga Perempuan Inspiratif
-
Dugaan Perintangan Penanganan Perkara di Kejagung, Dewan Pers Pastikan Periksa Dirut JAK TV Ninik menegaskan bahwa Dewan Pers hanya berwenang untuk memeriksa dugaan pelanggaran etik
-
Uang Rp5,5 Miliar di Kolong Kasur Hakim Tersangka Suap Vonis Lepas Kasus Dugaan Korupsi Ekspor CPO Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita uang sebanyak Rp5,5 miliar dari hakim Ali Muhtarom