merdekanews.co
Selasa, 12 Oktober 2021 - 11:54 WIB

Brawijaya Virtual Peace Camp 2021 “Lets Talk About Peace”

Deka - merdekanews.co
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya bersama Pusat Kajian Perdamaian dan Konflik (PKPK) mengadakan kembali Brawijaya Virtual Peace Camp (BVPC) jilid 2 pada 7 — 9 Oktober 2021.

Malang, MERDEKANEWS -- Konflik adalah bagian dari keseharian kita yang tidak terpisahkan.

Sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana konflik dikelola agar bisa mentransformasikannya menjadi perubahan yang lebih baik sehingga perdamaian bisa tercipta. Untuk membantu generasi muda agar mampu mengelola konflik maka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya bersama Pusat Kajian Perdamaian dan Konflik (PKPK) mengadakan kembali Brawijaya Virtual Peace Camp (BVPC) jilid 2 pada 7 — 9 Oktober 2021.

Acara yang merupakan kolaborasi program pengabdian kepada masyarakat dari tiga dosen FISIP UB, Mely Noviryani, Ika Widyarini dan Muhammad Riza Hanafi, ini diikuti oleh puluhan peserta dari beberapa kota di Indonesia secara daring dengan mengusung tema “Lets Talk About Peace.” Kegiatan ini merupakan kegiatan yang secara rutin diadakan dosen FISIP UB dan PKPK setiap tahun sebagai bentuk komitmen mereka terhadap Pendidikan Perdamaian bagi generasi muda Indonesia.

Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan perdamaian. Hal ini sesuai dengan Deklarasi pada Sesi 44 Konferensi Internasional tentang Pendidikan (Declaration of the 44th session of the International Conference on Education) di Jenewa pada bulan Oktober 1994.  Dunia pendidikan dinilai sebagai instrumen yang penting untuk mengatasi permasalahan sosial dan strukturalkarena dunia pendidikan merupakan aktivitas yang berorientasi pada pembentukan nilai pada generasi muda.

Kegiatan ini terbagi menjadis tiga sesi dengan topik tiap sesi adalah dialog, mediasi dan negosiasi. Sesi pertama dibawakan oleh Ika Widyarini, dosen pada Program Studi Psikologi FISIP UB. Dalam presentasinya, Ika menyitir pemiran William Isaacs dan Peter Senge yang mendefinisikan dialog sebagai metode untuk identifikasi dan pemecahan masalah secara kreatif. Kemampuan dalam berdialog akan mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kumpulan makna bersama, yang mengarah pada tindakan yang selaras untuk memecahkan masalah bersama. Menurut Ika, dengan dialog, maka konflik akan lebih bisa dikelola sehingga tidak tereskalasi menjadi kekerasan.

Sementara pada sesi kedua, Muhammad Riza Hanafi menyajikan tentang mediasi salah satu proses dalam pengelolaan konflik. Dengan merujuk pada pemikiran Louis Kriesberg dan Bruce W. Dayton, mediasi diartikan sebagai proses di mana pihak luar dilibatkan untuk membantu pihak yang bertikai menegosiasikan kesepakatan diantara mereka. Kemampuan mediasi diperlukan untuk membantu pihak-pihak mengelola konflik diantara mereka sehingga mampu membuat kesepakatan tanpa harus melalui jalan kekerasan.

Di dalam sesi ketiga peserta akan diajak untuk mempelajari teori dan praktik negosiasi sebagai upaya resolusi konflik yang damai. Negosiasi adalah sebuah proses bagaimana kompromi atau kesepakatan diperoleh tanpa melibatkan perselisihan. Pelatihan ini tidak ditujukan untuk meberikan kemampuan peserta untuk memenangkan argumen atau perselisihan dalam negosiasi, namun memberi pemahaman dan kemampuan bahwa negosiasi yang baik adalah negosiasi yang menghasilkan win-win solution. Dalam pelatihan ini, peserta akan diberi materi mengenaikonsep dan ketrampilan negosiasi dalam berbagai konteks. Peserta juga akan belajar berbagai macam tipe dan gaya negosiasi.

Di dalam acara ini peserta tidak hanya diajak untuk mempelajari skill dan pengetahuan tenang manajemen konflik dan perdamaian, namun juga diajak mempraktikkannya dalam simulasi. Setiap materi diikuti dengan simulasi permainan peran (role play) dimana peserta akan dihadapkan pada situasi tertentu dan kemudian berlatih untuk menggunakan yang mereka pelajari untuk mengatasinya. Harapan dari simulasi ini adalah agar peserta memiliki gambaran bagaimana pengetahuan dan skill yang mereka dapatkan digunakana dalam situasi sehari-hari,

Pusat Kajian Konflik dan Perdamaian (PKPK) adalah pusat kajian yang berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Brawijaya. PKPK berdiri pada 1 Desember 2019 dengan visi untuk Menjadi pusat kajian yang responsif, tanggap dan kontributif dalam merespon
konflik-konflik yang terjadi serta menjadi pusat kajian yang berkontribusi pada pencegahan konflik dan kekerasan, mendorong terwujudnya perdamaian melalui manajemen dan resolusi konflik, serta mengembangkan upaya-upaya transformasi konflik dan bina damai. Mely Noviryani, Ika Widyarini dan Muhammad Riza Hanafi merupakan peneliti-peneliti yang bekerja di bawah PKPK.

 

(Deka)