
Jakarta, MERDEKANEWS - Anggota Kompolnas, Yusuf Warsim mengatakan setiap Kapolri memiliki tantangan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sebagaimana merujuk pada grand strategy Polri, yakni di masa kepemimpinan Kapolri mendatang nantinya, lebih pada tahapan memberikan pelayanan prima kepada publik.
“Setiap Kapolri memiliki tantangan dan massanya. pada 2005-2009 an, tahapannya pada trust building. 2010-2016 masuk tahapan partnership building, yakni membina dan membangun kemitraan antar lembaga, seperti KPK, dan lainnya. Dan 2016-2025 nanti tahapannya masuk pada keuunggulan pelayanannya. Sehingga, Kompolnas mendorong Polri memberikan pelayanan prima,” kata di Gedung DPR RI, Kamis (26/11).
Dikatakan Yusuf, Kapolri mendatang juga dihadapkan dengan tantangan industri 4.0. Hal itu, sambung dia, sesuai dengan konsep kepolisian yang demokratis. Kalau coba diselaraskan, ada satu konsep, misalnya kepolisian yang demokratis ini adalah strategis kepolisian.
“Konsep Polri demokratik itu, yakni pelayanan publik (sesuai grand strategy), melakukan tugas sesuai kehendak hukum, transparansi dan akuntabilitas, dan perlindungan terhadap HAM termasuk perlindungan ekonomi sosial dan budaya,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia berharap, siapapun calon Kapolri yang terpilih dan disetujui DPR RI nanti, tidak mengecewakan atau tidak sesuai harapan, yakni bagaimana peran Polri yang dapat bersinergi dengan masyarakat.
“Polri harus berada dekat di dalam masyarakat tidak berjarak, ini yang menjadi kriteria strategis untuk calon Kapolri kita ke depan bagaimana menjalani dengan konsep kepolisian yang demokratis,” pungkasnya.
Sebelumnya, publik mulai diramaikan dengan deretan nama-nama calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis yang akan masuk masa pensiun pada awal tahun 2021. Dari beberapa nama yang tersiar itu diantara Kabareskrim Polri Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo, Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Fadil Imran, Wakapolri Komjen Pol. Gatot Eddy dan beberapa nama lainnya. (SY )