merdekanews.co
Sabtu, 22 Februari 2020 - 04:13 WIB

Dahlan Iskan: Badai Berlalu

### - merdekanews.co

Sudah 16 hari terakhir ini jumlah penderita baru virus Corona terus menurun.

Itu di Tiongkok.

Termasuk di pusat virus itu sendiri: di provinsi Hubei dengan ibu kotanya Wuhan.

Dua hari terakhir ini --untuk pertama kali-- jumlah penderita baru di Hubei kurang dari 1.000 orang. Bahkan kurang dari 500 orang.

Rabu lalu penderita baru tinggal 349 orang. Hari berikutnya angka itu turun lagi --tapi naik sedikit karena ada penderita baru yang telat didaftar: yang menyerang narapidana di penjara.

Setelah dijumlahkan tetap saja jumlah totalnya tidak sampai 500 orang.

Padahal sejak 22 Januari bulan lalu selalu saja jumlah penderita baru di atas 2.000 orang. Bahkan pernah di atas 6.000 orang. Per hari.

Apalagi ketika hari pertama tim kesehatan diterjunkan ke tengah masyarakat. Dua minggu lalu. Ditemukanlah dalam sehari itu 14.000 lebih penderita.

Keesokan harinya ditemukan lagi 9.000 lebih.

Waktu itu pemeriksaan dari rumah ke rumah mulai dilakukan. Pemerintah Hubei tidak mau lagi ada penderita yang tidak terdeteksi --hanya karena mereka tidak mau datang ke klinik atau rumah sakit.

Program serupa dilakukan di Provinsi Guangdong. Khususnya di ibu kotanya, Guangzhou. Juga di kota besar kedua, Shenzhen.

Guangdong memang provinsi kedua yang terbanyak penderita virus Corona. Provinsi ini juga tercatat sebagai asal muasal berkembangnya virus SARS tahun 2002 lalu.

Operasi door to door di Guangzhou itu tidak hanya menemukan penderita virus, tapi juga menemukan Xu Zhiyong.

Xu adalah tokoh gerakan demokrasi di Tiongkok. Umurnya 46 tahun. Organisasi yang ia dirikan: Gerakan Baru Warga.

Tentu saja Xu terus dikejar pemerintah. Terutama setelah melakukan pertemuan aktivis demokrasi di Kota Xiamen yang juga dikenal dengan nama Kota Amoy, Fujian.

Setelah pertemuan itu Xu terus bergerilya ke kota-kota lainnya: menemui jaringan aktivis pro-demokrasi. Ia terus membina para aktivis itu.

Pergerakan Xu terus dimonitor pemerintah. Ia juga dikejar untuk ditangkap.

Tapi Xu bisa terus berpindah tempat. Sampai akhirnya pergerakannya itu kebentur virus Corona.

Sejak wabah Corona menggila, pergerakan manusia memang dibatasi. Terutama di kawasan selatan Tiongkok. Bahkan banyak kota yang penduduknya dilarang keluar rumah.

Sejak itu Xu tidak bisa ke mana-mana lagi. Ia tinggal di rumah seorang aktivis di Kota Guangzhou. Tidak bisa lagi keluar rumah. Jalan-jalan begitu sepi. Ia hanya bisa bersembunyi di rumah pengacara itu.

Lalu apa boleh buat. Persembunyian itu terbongkar saat operasi virus dilakukan dari rumah ke rumah. Ketahuanlah Xu ada di rumah itu. Seluruh isi rumah ditangkap. Beberapa aktivis di Guangzhou ikut diamankan. Dua hari kemudian mereka dilepaskan --kecuali Xu.

Xu adalah aktivis yang berani menyiarkan pernyataan keras: agar Presiden Xin Jinping mengundurkan diri.

Penurunan drastis penderita baru di Hubei dan Guangdong itu memberikan harapan yang sangat besar bagi penduduk negara itu.

Di Provinsi Guangdong, Rabu lalu, penderita barunya hanya satu orang. Hari berikutnya, Kamis kemarin, juga hanya satu orang.

Demikian juga keadaan di Beijing. Rabu lalu tinggal ada dua penderita baru. Hari berikutnya turun lagi tinggal satu orang.

”Saya merencanakan masuk kantor Senin depan,” ujar teman saya di Beijing. ”Teman-teman saya juga begitu,” tambahnya.

Di Provinsi lain bahkan sudah banyak yang tidak ada lagi penderita baru. Sudah nol. Sudah ada 17 provinsi yang tidak ditemukan penderita baru sama sekali.

Di sembilan provinsi lagi tambahan penderita barunya hanya satu orang.

Tinggal di Provinsi Zhejiang yang masih 28, Sichuan 7, dan Chongqing 5 orang.

Saya pun menunggu dengan penuh harap perkembangan Jumat kemarin dan Sabtu hari ini. Adakah tren yang begitu positif akan terus terjadi.

Pabrik-pabrik juga sudah banyak yang siap bekerja kembali. Sampai-sampai banyak pabrik yang mengirim bus ke pedalaman. Untuk menjemput karyawan yang tidak bisa kembali ke kota industri. Mereka terjebak di kampung halaman sejak mudik hari raya Imlek lalu.

Tentu, perkiraan saya, jumlah yang meninggal akan terus meningkat. Orang-orang yang sudah lama terkena virus tentu berada di persimpangan jalan: sembuh atau justru memburuk --lalu meninggal.

Jumlah yang bisa sembuh memang sudah di atas 10.000 orang. Tapi yang terlanjur terkena virus terlanjur mencapai di atas 60.000 orang.

Berarti masih ada sekitar 30.000 orang yang masih harus ditentukan takdirnya: sembuh atau mati. Dan 90 persen dari angka itu ada di Provinsi Hubei.

Sampai kemarin angka kematian sudah mencapai 2.500 lebih. Kita harus siap untuk melihat angka yang lebih besar lagi. Yang penting jangan ada lagi penderita baru.

Turunnya kepanikan di Tiongkok memang belum bisa meredakan heboh di kapal pesiar Diamond Princess di Jepang dan terjadinya serangan baru virus Corona di sebuah gereja di Korea Selatan.

Tapi setidaknya ada kabar baik juga dari Amerika: penderita virus Corona pertama di AS sudah dinyatakan sembuh. Sudah boleh menjadi orang bebas lagi.

Demikian juga pembantu rumah tangga asal Indonesia di Singapura. Dia juga sudah dinyatakan sembuh.

Drama kecil berikutnya tinggal ketika pemerintah Indonesia melakukan pemulangan awak kapal Diamond Princess asal Indonesia. Yang jumlahnya 78 orang itu. Yang tiga di antaranya terjangkit Corona dan dirawat di Jepang.

Mereka akan dikarantina dulu di Natuna --di tempat yang dipakai mengarantina mahasiswa yang dipulangkan dari Wuhan dulu.

Setidaknya semua kabar tentang Corona sudah mulai didominasi kabar yang menggembirakan.

Badai memang selalu bisa berlalu.

Hanya cebong dan kampret yang sulit sekali bersatu. 

(###)





  • Dahlan Iskan: GA-Nose GeNose Dahlan Iskan: GA-Nose GeNose JARANG ada pejabat baru yang hari kerja pertamanya seperti komisaris utama Garuda Indonesia ini: Timur Sukirno.


  • Dahlan Iskan: Baik-Baik Saja Dahlan Iskan: Baik-Baik Saja TERNYATA yang sedang menjabat direktur utama itu yang benar: Garuda baik-baik saja. Sampai sekarang. Masih bisa terbang.


  • Dahlan Iskan: Godaan Oksigen Dahlan Iskan: Godaan Oksigen PINTAR bisa kalah oleh hoki. Sekarang ini. Ambisi juga kalah oleh takdir. Tapi, ini bukan hanya nasib Sumatera. Ini nasib kita semua –sedunia.