merdekanews.co
Kamis, 27 Desember 2018 - 22:09 WIB

Tutup Tahun, Tutup Hoaks

Mabes Polri Gandeng Milenial Perang Lawan Hoaks di 2019

Hadi Siswo - merdekanews.co
Kombes Pol Ratno Kuncoro bersama politikus PSI Tsamara Armany dan moderator di diskusi publik 'Tutup Tahun. Tutup Hoax' di Warunk Upnormal, Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2018) malam. Foto: Agus Jauhari

Jakarta, MERDEKANEWS -- Mabes Polri mengajak generasi milenial untuk perang melawan hoaks. Pasalnya, hoaks sudah luar biasa membombardir masyarakat. Khususnya generasi muda pemain media sosial.


Komitmen bersama itu tertuang dalam Diskusi bertajuk ‘Tutup Tahun, Tutup Hoax’ itu digelar di Warunk Upnormal, Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (27/12/2018) malam. Dihadiri ratusan anak muda. 


Turut hadir dalam diskusi pembicara politikus PSI Tsamara Armany dan Kombes Pol Ratno Kuncoro dari Baintelkam Mabes Polri. Diskusi diselenggarakan LSM Dempol Institute, didukung Generasi Milenial Anti Hoax.


Tsamara mengatakan, hoaks memang sudah luar biasa membombardir masyarakat. Khususnya generasi muda pemain media sosial. Padahal hoaks yang hanya berupa kata-kata, gambar, dan video, bisa membuat masyarakat bertengkar. Bahkan, memicu konflik sosial.

''Parahnya, hoaks semakin merajalela, sebab ada konsumennya. Terutama, konsumen yang tidak tahu, bahwa yang disebar itu adalah kebohongan alias hoaks,'' ujar Tsamara.


Ia mengatakan, era sekarang mengarah ke pasca-kebenaran. Artinya, bagi sebagia masyarakat, kebenaran tidak lagi jadi perhatian utama.


Melainkan, terpenting adalah keinginan masing-masing orang untuk membenarkan suatu informasi. Tentu saja, informasi yang diharapkan individu tersebut sebagai kebenaran.

 

''Meskipun, informasi yang diharapkan benar itu adalah hoaks. Jadi, bukan kebenaran itu sendiri,'' katanya.


Tsamara mencontohkan, jika sekelompok orang menginginkan membully seorang tokoh, maka jika ada hoax yang isinya membully tokoh tersebut, maka disukai. Akhirnya jadi viral.


“Itulah yang disebut era pasca kebenaran. Artinya, kebenaran tidak lagi penting,” tegasnya.


Maka, lanjut Tsamara, diharapkan generasi milenial menolak hoaks. Caranya, komparasi informasi yang diterima melalui media sosial dengan rujukan yang ada. Jangan buru-buru menyebarkan. Jangan buru-buru memberi ‘like’.

 

Sementara, Kombes Ratno Kuncoro mengatakan, pelaku hoax ada yang bermotif ekonomi. Artinya, mereka dibayar untuk menyebarkan hoax. Namun, kebanyakan adalah mereka yang ikut-ikutan.


Ratno menceritakan, bagaimana Polri menanganai Muslim Cuber Army (MCA), di mana Kombes Ratno terlibat dalam penanganan masalah tersebut.


“Dari sembilan pelaku, awalnya delapan orang tertangkap. Satu orang tertangkap kemudian di Korea Selatan. Dia bekerja di sana,” tutur Ratno.


Setelah mereka tertangkap dan dikumpulkan di Mabes Polri, ketahuan bahwa mereka sudah kenal melalui jaringan media sosial, tapi baru pertama kali itu itu mereka bertatap muka.


“Mereka saling ketemu, justru di Mabes Polri. Kayak reuni begitu,” katanya, disambut tawa ratusan anak muda peserta diskusi.


Ratno berharap, generasi milenial ikut berperan memberantas hoaks. “Ini tugas yang mulia. Dengan menolak hoaks, maka anda sudah berjasa mencegah kemungkinan terjadinya konflik sosial,” katanya.


Di akhir acara, dideklarasikan Duta Anti Hoaks. Mereka terdiri dari anak-anak muda yang sehari-hari pemain media sosial.


Tugas Duta Anti Hoaks adalah membentuk kelompok. Lantas kelompok-kelompok itu mengumpulkan hoaks untuk diteruskan ke lembaga berwenang.


Misalnya, hoaks yang terkait masalah kriminal ke Polri. Hoax terkait gempa bumi ke BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Tentang politik, bisa ke Polri atau lembaga yang terkait isi hoaks.


Mabes Polri memiliki divisi cyber crime yang bertugas menangani hal ini. Mereka sudah membuat perjanjian dengan beberapa platform internasional.


Para Duta Anti Hoaks adalah mereka yang hadir dalam cara tersebut. Mereka akan membentuk kelompok dengan teman-temannya masing-masing. (Hadi Siswo)