Jakarta, MERDEKANEWS --- Dalam media sosial, eksistensi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) patut diacungi jempol. Kicauan elite parpol yang identik dengan anak muda ini kerap menjadi trending topik jagad maya.
Jajaran pengurus pusat partai yang berkantor di Tanah Abang ini juga diisi oleh figur kawula muda tersohor. Tengok saja, Ketua Umum Grace Natalie, Sekretaris Jenderal Raja Juli Antoni, Ketua DPP Isyana Bagoes Oka, Ketua DPP Tsamara Amany. Calon legislatif partai berlogo tangan memegang sekumtum bunga ini diperkuat tokoh muda Nahdlatul Ulama, Guntur Romli dan musisi Giring Nidji.
Tentunya tidak berlebihan, deretan nama-nama di atas dengan daya pikatnya bisa membawa partai baru dengan jargon anti-korupsi ini menjadi partai masa depan. Namun, tidak seperti matematika, politik penuh dengan ketidakpastian. Hasil survei menunjukkan PSI sebagai partai yang tak punya masa depan atau diprediksi tak akan bertahan lama.
Cyrus Network bahkan dengan berani menyebut PSI tidak akan dipilih di masa yang akan datang meski telah lolos sebagai partai peserta Pemilu Serentak 2019.
"Yang tidak akan dipilih di masa depan PSI. Kasihan ini," kata Managing Director Cyrus Network, Eko Dafid Afianto seperti dikutip laman merdeka.com, Kamis (19/4).
Sebagai partai baru, PSI tertinggal jauh dibanding Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Dari segi elektabilitas, Perindo mendapat 4,3 persen dan berada di papan tengah, sementara PSI hanya 0,3 persen.
Dengan nilai akhir nol koma, genit PSI diprediksi tak menempatkan kadernya ke Senayan karena tak lolos ambang batas parlemen, 4 persen. "Kasihan ini. Ini partai baru muncul, cuma publik paling besar tidak akan kita pilih di masa depan," tegasnya.
Survei CSIS
Tidak berbeda dengan survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), PSI menempati posisi paling "buncit" pada hasil survei popularitas partai politik soal orientasi politik generasi milenial. Dalam hal ini, popularitas PSI berada di posisi 15 dengan 11,5 persen.
Sedangkan pada survei elektabilitas, nama PSI justru tak ditampilkan. Dari hasil survei tersebut, pemilih PSI justru lebih banyak dari unsur non-milenial, yakni sebesar 15,1 persen. Padahal, PSI dalam sering kali mengenalkan diri sebagai partai anak muda. PSI justru tak dipilih milenial.
Survei nasional CSIS dilakukan pada periode 23 hingga 30 Agustus 2017 terhadap 600 sampel. Adapun responden yang dikategorikan generasi milenial adalah responden dengan rentang usia 17 sampai 29 tahun. Responden dipilih secara acak dan proporsional dari 34 provinsi di Indonesia. Margin of error dari survei ini sebesar 4 persen untuk milenial dan 3,38 persen untuk non-milenial. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka. Quality control penelitian menggunakan 20 persen sampel melalui spot-check dan 50 persen diverifikasi via telepon.
Lembaga Survei Media Nasional
Begitu pula dengan lembaga survei Median memaparkan hasil survei terbaru terkait elektabilitas kandidat dan partai politik per 24 Maret hingga 6 April 2018. Dalam temuan survei terkait kekuatan pilihan ke partai baru, dari empat partai baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendapat elektabilitas terendah.
"Elektabilitas tertinggi untuk partai baru ada di Perindo dengan 3,3 persen, Partai Berkarya di 0,9 persen, Partai Garuda 0,4 persen dan PSI terendah di 0,1 persen," ungkap Direktur Riset Lembaga survei Median Sudarto dikutip Republika.co.id di Jakarta pusat, Senin (16/4).
PSI Menjawab
Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni optimistis elektabilitas partainya akan terus naik setelah merujuk berbagai hasil survei termasuk survei Poltracking yang menyebut elektabilitas PSI sudah 1,1 persen, padahal menurut Antoni, partainya baru mengandalkan kampanye di media sosial.
"Kami optimistis elektabilitas PSI akan terus naik. Masih ada waktu setahun untuk berjuang bergandengan tangan, dan berpeluh-peluh bekerja. Bismillah. Tuhan bersama anak muda yang berani dan jujur," kata Antoni dikutip Antaranews.com, Jumat (20/4/2018).
Spanduk Tsamara Amany, caleg PSI
Ia mengatakan, partainya mengamati dengan saksama hasil survei berbagai lembaga akhir-akhir ini. Sebagai partai modern, PSI sangat mempercayai ilmu pengetahuan berlandaskan metode ilmiah yang ketat.
Mengenai hasil survei Poltracking, dia berkata, "Terpaut 1 persen dari Perindo yang iklannya sudah berseliweran sejak 2-3 tahun lalu."
Jika dibandingkan dengan dua partai lama, Hanura dan PPP, elektabilitas PSI hanya terpaut 1 persen lebih, bahkan PSI sudah melewati partai lama, PBB dan PKPI.
Spanduk Ratu Isyana Bagoes Oka, caleg PSI
Sementara itu, PSI, menurut Cyrus Network, menempati posisi kelima partai yang dianggap publik siap mendekati anak muda atau kaum milenial pada angka 3,9 persen.
"PSI hanya kalah oleh empat partai yaitu PDIP 23,3 persen, Perindo 9,4 persen, Gerindra 8,2 persen dan Golkar 5,7 persen. Alhamdulillah kami dianggap siap mendekati anak muda yakni konstituen utama PSI, dibandingkan PKB, PKS, Demokrat, Nasdem, PAN, PPP dan Hanura," kata Antoni.
(Aji Nugraha)
-
Kemendagri Tekankan Profesionalisme Aparat Perizinan untuk Cegah Korupsi Penguatan kelembagaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) yang menjadi pintu gerbang proses perizinan juga diperlukan
-
Kadin: Hilirisasi Perlu Ditunjang dengan Adopsi Teknologi Investor bisa diajak untuk mengembangkan teknologi, kalau kita belum punya. Sebab, teknologi ini jadi kunci. Jadi nanti ada transfer teknologi agar anak bangsa bisa menguasai juga
-
KPU dan Bawaslu Satu Suara: Tidak Ada Penggelembungan Suara PSI banyak pihak menduga telah terjadi penggelembungan suara terhadap partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep itu
-
Romahurmuzy Ungkap Dugaan Adanya Operasi Penggelembungan Suara PSI diduga ada operasi pemenangan PSI yang dilakukan aparat dengan menarget kepada penyelenggara pemilu daerah
-
KPU Beri Penjelasan Soal Melonjaknya Suara PSI perolehan suara partai pada data real count Pemilu 2024 sejalan dengan penambahan data yang masuk ke aplikasi Sirekap