Jakarta, MERDEKANEWS -- Pemerintah Inggris dilaporkan bakal menganggap kelompok tentara bayaran Wagner Group sebagai organisasi teroris.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris Suella Braverman menyebutkan bahwa Inggris berencana menetapkan Wagner Group sebagai organisasi 'terlarang' berdasarkan undang-undang (UU) anti-teror.
Penetapan semacam itu berarti menempatkan Wagner Group setara dengan kelompok militan Islamic State.(ISIS) dan militan Al-Qaeda.
"Wagner merupakan organisasi yang penuh kekerasan dan destruktif, yang bertindak sebagai alat militer Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin di luar negeri," ucap Braverman dalam pernyataannya.
"Sementara rezim Putin memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap monster yang diciptakannya, aktivitas destabilisasi Wagner yang terus berlanjut hanya akan terus mendukung tujuan politik Kremlin," imbuhnya
Di bawah UU Terorisme tahun 2000 yang berlaku di Inggris, Mendagri memiliki wewenang untuk melarang suatu organisasi jika mereka meyakini organisasi itu terlibat dalam terorisme. Pelarangan terhadap Wagner Group akan menjadikan tindakan mendukung kelompok itu sebagai tindak pidana.
"Mereka teroris, jelas dan sederhana -- dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris," tegas Braverman seperti dikutip media terkemuka Inggris, BBC.
"Wagner terlibat dalam penjarahan, penyiksaan dan pembunuhan keji," sebut Braverman.
Wagner Group merupakan salah satu kelompok paramiliter yang diandalkan Rusia, terutama dalam membantu menginvasi Ukraina.
Namun, sejak enam bulan terakhir, relasi Wagner dan Rusia terus merenggang sampai kelompok tentara bayaran itu ogah membantu Moskow berperang hingga angkat kaki dari Ukraina.
Penetapan Wagner Group sebagai kelompok teroris ini juga berlangsung tak lama setelah Rusia mengonfirmasi bos tentara swasta ini, Yevgeny Prigozhin, tewas dalam kecelakaan pesawat saat dalam perjalanan dari St. Petersburg ke Moskow pada 23 Agustus lalu.
Banyak pihak menuding Presiden Vladimir Putin lah dalang dibalik kematian Prigozhin yang merupakan mantan sekutu dekatnya itu.
Sebab, kecelakaan Prigozhin terjadi kurang lebih dua bulan setelah Wagner Group melancarkan pemberontakan terhadap Putin dengan menyerang markas militer Rusia di Rostov.
Prigozhin juga sempat mengerahkan pasukan Wagner Group ke Moskow meski akhirnya batal setelah disebut mencapai kesepakatan dengan Rusia.
Saat itu, Istana Kepresidenan Kremlin bahkan menegaskan Rusia tidak akan menghukum Prigozhin atas tindakannya itu.
Padahal, pemerintahan Putin terkenal kerap menghukum berat oposisi dan pemberontak.
Setelah kematian Prigozhin, Rusia pun mengambil alih kendali atas Wagner Group. Kremlin bahkan disebut telah menunjuk Kepala unit operasi rahasia badan intelijen Rusia (GRU), Jenderal Andrey Averyanov, untuk menggantikan Prigozhin sebagai bos Wagner Group.
Meski begitu, belum jelas bagaimana nasib para pasukan dan organisasi Wagner Group setelah ditinggal mati Prigozhin.
-
Volodymyr Zelensky Ngemis ke Negara Barat, Minta Ukraina Diperlakukan Seperti Israel Zelensky mendesak negara-negara Barat untuk memberikan dukungan yang sama kepada Ukraina
-
AS-Israel Renggang, Biden Bakal Batasi Bantuan Jika Negara Zionis Serang Rafah Joe Biden bisa mempertimbangkan perubahan syarat pemberian bantuan bagi Israel jika negara Yahudi itu memperluas serangan darat di Jalur Gaza hingga ke Kota Rafah
-
Tuntaskan Brentford 2-1, Arsenal Gusur Liverpool dari Puncak Klasmen Sementara! Arsenal menggusur Liverpool dari puncak klasmen sementara usai menuntaskan perlawanan Brentford 2-1
-
Hasil Liga Inggris: Alejandro Garnacho Tampil Impresif, MU Catat Kemenangan! Meski tidak mencetak gol, namun Alejandro Garnacho tampil impresif pada laga ini
-
Dubes Inggris Kunjungi BPJPH, Bahas Penguatan Kerja Sama JPH selama ini BPJPH terus berupaya melakukan percepatan agar kerja sama internasional JPH