Jakarta, MERDEKANEWS -- Pemilihan Presiden (Pilpres) Ekuador berdarah-darah. Fernando Villavicencio, calon presiden, Rabu (09/08) malam waktu setempat, ditembak mati setelah kampanye di Quito.
Peristiwa pembunuhan Fernando Villavicencio itu hanya 10 hari menjelang pemilu yang digelar 20 Agustus mendatang.
Polisi Ekuador pada Kamis mengumumkan bahwa enam pria yang ditangkap dan seorang lainnya yang tewas ditembak sebagai tersangka.
Keenam pria itu ditangkap bersembunyi di sebuah rumah di Quito, ibu kota Ekuador, kata laporan itu. Petugas juga menyita empat senapan, senapan 5,56 mm, amunisi dan tiga granat, bersama dengan kendaraan dan sepeda motor, katanya.
Pihak berwenang masih menyelidiki motif kejahatan dan memburu aktor intelektual yang mendalangi pembunuhan tersebut.
Villavicencio, 59 tahun, yang dikenal menentang kartel narkoba, dibunuh di Quito pada Rabu, kurang dari dua minggu sebelum pemilihan presiden khusus.
Dia bukan korban tewas pertama, tetapi kematiannya memperdalam krisis seputar kejahatan terorganisir yang telah merenggut ribuan nyawa dan menggarisbawahi tantangan yang akan dihadapi pemimpin Ekuador berikutnya.
Presiden Ekuador Guillermo Lasso mengatakan pembunuhan itu tidak akan menghentikan pemilihan presiden di negara itu pada 20 Agustus mendatang.
Lasso telah meminta bantuan FBI dalam investigasi penembakan Villavicencio. Satu delegasi FBI diperkirakan tiba di negara itu dalam waktu dekat.
Sementara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengecam pembunuhan tersebut.
"Sekretaris Jenderal PBB mengecam keras pembunuhan terhadap salah satu calon presiden Ekuador, Fernando Villavicencio. Serangan semacam ini merupakan sebuah ancaman besar bagi demokrasi dan mereka yang bertanggung jawab harus diadili," kata juru bicara Sekjen PBB.
Sekjen Guterres juga menyampaikan solidaritas kepada pemerintah dan rakyat Ekuador, terutama keluarga Villavicencio.
Dalam pernyataan tersebut, Sekjen PBB mengenang pertemuannya dengan Presiden Guillermo Lasso pada 21 Juli yang membahas tentang keamanan di Ekuador yang semakin memburuk, dampak kejahatan terorganisir serta perlunya meningkatkan upaya nasional dan internasional untuk melawannya.
PBB siap untuk terus mendukung otoritas Ekuador dalam hal mengatasi kekerasan sesuai dengan norma dan standar internasional hak asasi manusia.
-
Ekuador Chaos, Presiden Daniel Noboa Nyatakan Negara Perang Melawan Geng Narkoba! Pemerintah Ekuador menyatakan negara sedang berperang melawan Geng Narkoba