Jakarta, MERDEKANEWS -- Alquran sebagai kitab suci umat Islam telah memberikan panduan yang begitu lengkap dalam menjalankan berbagai macam nilai, baik ibadah, muamalah dan juga tata kelola kenegaraan.
Pesan-pesan dalam Alquran telah memberikan insipirasi lahirnya berbagai pemikiran kenegaraan yang menjadi pondasi bernegara termasuk Pancasila yang menjadi falsafah ideologi bangsa ini.
Hal tersebut diulas dengan baik oleh KH. Muhammad Nur Hayid, MM dalam acara Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan yang ditayangkan di akun youtube BKNP PDI Perjuangan dini hari tadi (1/5/2021). Pengurus Lembaga Dakwah Nadhlatul Ulama PBNU yang juga kerap disapa Gus Hayid tersebut menuturkan bahwa Pancasila sudah menjadi kesepakatan anak bangsa dan harus dijunjung tinggi agar tetap dapat terjalin persaudaraan mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya.
“Sila pertama Pancasila misalnya, tegas menunjukkan ruh ajaran Islam tentang keesaan kepada Tuhan, seperti yang tercantum dalam surat Al-ikhlas, Alquran mengajarkan tauhid atau keesaan kepada Tuhan dan semua agama pun juga demikian,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Skill Jakarta itu.
“Selanjutnya pada sila kedua Pancasila, terkait kemanusiaan yang adil dan beradab juga diatur dalam Alquran, tidak hanya kemanusiaan an sich, tetapi juga menjunjung adab dan nilai keadilan. Kemudian pada sila persatuan Indonesia, Alquran juga mengatakan secara tegas bahwa kita diminta selalu memegang teguh persatuan, jangan tercerai berai, karena dengan tercerai berai kita mudah untuk dihancurkan,” imbuhnya.
Gus Hayid menyebutkan bahwa, Bung Karno sebagai pencetus Pancasila tidak hanya mengenal nasionalisme dan internasionalisme, tetapi juga gagasan islam dengan baik. Oleh karenanya gagasan yang ditelurkan oleh beliau dapat secara langsung diterima karena prinsip besarnya melingkupi semua agama dan akhirnya menjadi kesepakatan bersama.
“Pada sila keempat, Allah pernah berfirman bahwa jika kalian ingin menyelesaikan sesuatu, bermusyawarahlah. Ketika musyawarah sudah diambil, semua keputusan harus didukung dan dijaga bersama-sama. Tidak boleh ada yang berkhianat,” jelasnya lagi.
Terkait sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ujar Gus Hayid, juga merupakan pesan dari Alquran bahwa berbuat adil itu mendekatkan kita kepada Tuhan. Berbuat adil akan mendekatkan diri kita kepada ketaqwaan dan orang yang bersikap adil akan lebih dekat dengan surga.
“Pancasila itu sangat selaras dengan Alquran, kalau kita memperingati nuzulul quran, sangat pas kalau kita amalkan dengan semakin memperkuat dan memperkokoh sikap berbangsa dan bernegara kita,” tungkasnya.
Ia menuturkan bahwa, nilai spiritualitas Alquran itu masuk ke dalam nilai-nilai Pancasila. Dalam Alquran ada satu ayat yang menjadi prinsip-prinsip keberagaaman, kalau ada orang menolak keberagaman seolah-olah ia menolak ayat ini. Allah berfirman bahwa sesungguhnya aku menciptakan kalian semua itu beragam, tidak tunggal, ada laki-laki ada perempuan, aku ciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Semua diciptakan beragam agar di antara suku-suku, bangsa-bangsa dan jenis kelamin bisa saling mengenal bahkan kepada ciptaan Allah lainnya seperti hewan dan tumbuhan.
Di penghujung acara, Gus Hayid menyampaikan bahwa, Allah menciptakan agama di dunia ini beragam, sebelum Islam datang ada agama Nasrani yang dibawa oleh nabi Isa as, ada Yahudi yang dibawa nabi Musa as, ada agama hanafiyah yang dibawa nabi Ibrahim as. Kesemuanya pesan utamanya adalah tauhid dan keberagaman ini diciptakan Allah untuk menguji kepada hamba-hambanya siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling bisa bertoleransi pada keberagaman itu.
“Rasa paling benar itu muncul akibat kesombongan, padahal nilai Pancasila, nilai Islam sangat mengecam dan melarang untuk kita bersikap sombong. Maka jauhi dulu rasa kesombongan agar kita tidak tersesat. Seperti contoh orang yang melakukan pengeboman, tercantum dalam Alquran bahwa membunuh satu orang sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Kalau para pelaku pengeboman tersebut paham nilai dalam ayat Alquran maka ia tidak mungkin bunuh diri atau menyakiti orang lain, itu dilarang keras Alquran. Allah sangat mengecam orang yang bunuh diri yang tidak percaya kasih sayang atau rahmat Tuhan. Allah lebih suka kepada orang yang salah, kemudian bertobat, karena Allah itu maha penerima tobat.” tandasnya. (Deka)