merdekanews.co
Senin, 02 Maret 2020 - 16:25 WIB

Komaruddin Hidayat: Duet Sipil-Militer Pimpin BIN Oke

Setyaki Purnomo - merdekanews.co
Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat. (Istimewa)

Jakarta, MERDEKANEWS - Cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat punya pandangan bernas soal kepemimpinan Badan Intelijen Negara (BIN). Sudah menjadi kebutuhan bangsa bila duet sipil dan militer memimpin BIN, saat ini.

"Rasanya sih OK. Karena, sejarah militer Indonesia itu anak kandung rakyat (civil society)," ujar Komaruddin yang juga mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Jakarta, dalam rilis di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Meskipun militer dituntut kerja profesional berdasarkan undang-undang (UU), yakni UU No 4 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang ada, kata Komaruddin, secara historis militer itu lahir dari rahim civil society. "Jadi kalau sekarang ada gagasan utk mempertemukan sipil-militer untuk memimpin BIN, itu ide yg bagus," jelas Komarudin.

Sebelumnya, Suhendra Hadikuntono dan Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin disebut-sebut sebagai duet ideal menjadi pimpinan BIN. Keduanya menjadi harapan besar bagi rakyat, terutama masyarakat Aceh, Papua dan kalangan pemuda Indonesia.
Semuanya menyatakan dukungan moral kepada pasangan tersebut. Di mana, Suhendra Hadikuntono sebagai calon Kepala BIN, Mayjen Abdul Hafil Fuddin sebagai calon Wakil Kepala BIN.

Atas dukungan dari rakyat agar Suhendra dan Abdul Hafil menjadi duet maut pimpinan BIN itu, keduanya diharapkan segera bertemu untuk menyamakan visi, misi dan persepsi bila kelak benar-benar diangkat Presiden Joko Widodo sebagai pimpinan BIN.

Informasi saja, Suhendra merupakan tokoh intelijen senior yang selama ini banyak mendapat dukungan masyarakat dari Sabang hingga Merauke untuk menjadi Kepala BIN, menggantikan Budi Gunawan. Dukungan tertulis antara lain disampaikan Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al Haythar, Gubernur Jenderal Negara Republik Federal Papua Barat Markus Yenu, dan ratusan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) tingkat nasional.

Adapun Mayjen Abdul Hafil Fuddin adalah dosen Universitas Pertahanan (Unhan) yang pernah menjadi Panglima Daerah Militer (Pangdam) Iskandar Muda, Aceh. Pria kelahiran Banda Aceh tahun 1962 dan lulusan Akmil tahun 1985 ini sudah kenyang pengalaman dan malang melintang di berbagai penugasan, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk di bidang intelijen.

Perpaduan sosok sipil-militer, Suhendra-Abdul Hafil, ini diyakini akan menjadi duet maut pimpinan BIN yang belum diganti sejak Jokowi dilantik sebagai Ptesiden RI periode pertama, 2014-2019, hingga kini periode kedua, 2019-2024.

Banyak masukan bahwa kondisi BIN saat ini cukup lemah, antara lain ditandai dengan banyaknya kasus kebobolan seperti kurusuhan di Papua dan Papua Barat yang gagal diantisipasi, serta penusukan Wiranto saat menjabat Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.

Tantangan intelijen di masa depan pun akan lebih kompleks, sehingga BIN perlu sosok profesional dan pendobrak, yang bisa berpikir out the box,  sehingga mampu membuat BIN sebagai jendela, mata dan telinga Presiden sebagai bahan dalam membuat kebijakan dan keputusan.

"Di negara manapun intelligen dipimpin sipil bahkan george bush presiden amerika dulunya Direktur CIA jelas pengamat sosial politik Rudi S Kamri yang pada 22 Februari lalu bertemu Presiden Jokowi di Bireun, Aceh, di sela acara Kenduri Kebangsaan, di Jakarta, Sabtu (29/2/2020).
    
    
    

  (Setyaki Purnomo)