Salatiga, MERDEKANEWS – Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, Sabtu (25/5) pagi memimpin Rapat Koordinasi mengenai Penanganan Ruas Jalan Alternatif di wilayah Tingkir, Salatiga dan Boyolali. “Rapat ini diadakan karena kami mengamati beberapa kota yang mungkin terjadi hambatan yang cukup signifikan dan ada potensi kemacetan terutama karena exit tol nya keluar langsung masuk jalan kabupaten. Berikutnya kita juga akan rakor ke Jawa Barat di Nagreg, Garut, dan Bandung untuk penanganan pasar Limbangan,” ujar Dirjen Budi mengawali rapat tersebut di Terminal Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah.
Permasalahan di Salatiga dan Boyolali hampir serupa yaitu begitu keluar tol, akan langsung bertemu jalan kecil sehingga dikhawatirkan akan terjadi antrian kepadatan kendaraan. “Karakter jalannya selain sempit juga banyak tikungan dan perlintasan jalan kampung. Tadi saya menyarankan yang pertama, ada beberapa jalan perkampungan yang mungkin tidak begitu banyak pertumbuhannya untuk ditutup saja. Kedua, akan dilakukan buka tutup di pintu tol kalau sudah terjadi kemacetan maka nanti akan ditutup yang arah masuk ke tolnya. Tetapi situasional dan bergantung dari kepolisian. Kami berharap di pintu tol Boyolali dan Tingkir akan ada penambahan gate keluar sehingga akan mempercepat arus lalu lintas,” jelas Dirjen Budi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Salatiga, Sidqon Effendi menyatakan bahwa ada beberapa permasalahan lalu lintas di Salatiga khususnya di exit Tol Tingkir yaitu:
1. Ruas Jalan Tingkir Barukan yang sempit
2. Banyaknya akses pergerakan lokal
3. Arus lalu lintas dari exit tol menuju beberapa kota: Salatiga, Magelang, Ambarawa, Yogyakarta, dan Temanggung
4. Arus lalu lintas dari Jalur Lingkar Selatan, arah kota, dan Boyolali yang menuju tol dan ke Gemolong
5. Sirkulasi lalu lintas bus dan kendaraan pengantar dan penjemput yang keluar masuk terminal
“Dari exit tol ke terminal Tingkir ini kurang lebih 1-2 km sehingga kepadatan kendaraan akan sangat terpengaruh karena menyambung sampai simpang terminal. Selain itu ada beberapa permasalahan dari segi angkutan yaitu kapasitas Terminal Tingkir yang terbatas sehingga kurang mampu menampung bus saat arus balik,” kata Sidqon.
Oleh karena itu Dishub Salatiga beserta Polres Salatiga akan menerapkan pembatasan akses sepanjang ruas jalan Tingkir Barukan (Terminal-Exit Tol) serta penerapan kondisi satu arah pada situasi tertentu. Demikian pula halnya dengan di Boyolali juga akan menerapkan pembatasan akses jalan situasional, terlebih kondisi jalan begitu keluar tol lebih sempit (+/- 6 meter) daripada yang di Salatiga.
Sementara itu, Kasatlantas Salatiga AKP Marlin S.P. menyebutkan bahwa hal yang perlu diperhatikan adalah jalur rawan kecelakaan, kemacetan di pusat-pusat kegiatan publik serta simpang dengan volume kendaraan yang lebih banyak, efektifitas penanganan antrian, serta optimalisasi jalur alternatif.
“Kami juga telah menyiapkan 4 pos pantau di sepanjang jalan utama, dan 1 pos lagi di depan terminal. Masyarakat juga akan kami beri imbauan bahwa jalan-jalan yang kecil ini ada beberapa yang harus kita tutup. Sebelum operasi dimulai nanti dibantu Kadishub akan dipasang semua rambu dan petunjuk arah agar masyarakat tahu sepanjang jalan Salatiga ini terjadi kepadatan dan mereka akan dialihkan ke jalan lainnya,” kata Marlin.
Menurut Dirjen Budi, hambatan yang paling berat di jalan nasional yaitu adanya pasar tumpah yang butuh penanganan dari pemerintah daerah.
“Harus ada penanganan khusus, banyak hal yang dapat dilakukan yaitu mengurangi parkir di sisi jalan sepanjang pasar tumpah dan menyediakan kantong parkir yang lain. Kedua, kita siapkan zebra cross pada lokasi tertentu jadi masyarakat tidak boleh menyeberang di sembarang tempat. Juga perlu adanya pemasangan water barrier atau traffic cone untuk mencegah masyarakat menyeberang sembarangan. Selanjutnya perlu adanya penjagaan dari petugas sehingga kebiasaan masyarakat bisa terbentuk lebih baik,” demikian dijabarkan Dirjen Budi dalam rapat ini.
Selain itu, guna mengantisipasi macet panjang, Dirjen Budi memohon untuk tiap wilayah menyediakan petugas kesehatan demi menghindari kondisi seperti di Brexit beberapa tahun lalu. “Bayangkan sudah macet, panas, dan dehidrasi, jadi perlu jaga-jaga juga dengan menyediakan petugas kesehatan yang siap siaga,” tambahnya.
Hadir pula dalam rapat koordinasi ini yaitu Direktur Sarana Transportasi Jalan Sigit Irfansyah, Direktur Angkutan Jalan Ahmad Yani, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah X Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Prasetyo Kentjono, Kadishub Boyolali Untung Rahardjo, serta pejabat tinggi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, dan perwakilan Jasa Marga. (Gaoza)
-
Dirjen PHU Kemenag Tegaskan Berangkat Haji Hanya Menggunakan Visa Haji, Bukan yang Lain! Penegasan ini disampaikan Hilman Latief menyusul banyaknya info yang menawarkan haji tanpa antre dengan berbagai jenis visa di media sosial
-
Bandara Soetta Capai Posisi Terbaik Sepanjang Sejarah di Daftar 100 Bandara Terbaik Dunia Pencapaian ini sekaligus memenuhi target AP II, yang sebelumnya mencanangkan Bandara Soekarno-Hatta bisa menembus 30 besar peringkat terbaik dunia.
-
Jelang Arus Mudik, Dirjen Hubla Tinjau Kesiapan Transportasi Laut di Pelabuhan Kalianget Puncak arus mudik diprediksi terjadi pada 8 April 2024 dengan perkiraan 26,6 juta masyarakat melakukan perjalanan mudik. Sedangkan arus balik diperkirakan pada 14 April 2024 dengan 41 juta pergerakan masyarakat kembali dari kampung halaman
-
Dirjen Bimas Buddha: KUA untuk Semua Agama Permudah Umat Akses Layanan Pemerintah Kami menyambut baik dan mendukung rencana Bapak Menteri Agama terkait pelayanan administrasi keagamaan melalui KUA
-
Haji 2024: Setelah Soekarno Hatta, Bandara Juanda dan Adi Sumarmo Siap Terapkan Fast Track Tiga bandara tersebut siap digunakan untuk Macca Road