Kecocokan sebenarnya hanya soal rasa. Dalam bisnis, rasa cocok ini besar pengaruhnya. Kecocokan bisa mempengaruhi partner dalam memutuskan akan bekerjasama atau tidak.
Uniknya, kecocokan itu kadang hanya karena hal yang sepele.
Saya belum kenal dengan Pak Dedy Panigoro sebelumnya. Saudara kandung konglomerat Arifin Panigoro itu juga belum mengenal saya. Jangankan kenal. Bertemu saja belum pernah.
Saya bertemu Pak Dedy kali pertama Senin siang. Sahabat saya Eko Sulistyo Putro yang memperkenalkan saya. Ia memang sudah kenal akrab dengan Pak Dedy. Sejak Pak Dedy menjadi komisaris independen di Fortune. Eko rupanya pernah bekerja di perusahaan biro iklan dan jasa kehumasan itu.
Pak Dedy termasuk orang dengan tipe to the point. Tidak suka berbasa-basi. Karena diperkenalkan sebagai pihak yang bisa memproduksi video untuk event festival musik klasik, Pak Dedy langsung menembak dengan pertanyaan inti.''Sudah pernah menangani event musik ?'' tanya Pak Dedy.
Saya menjawab dengan sebuah cerita kilas balik pengalaman saya bersama Pak Uge dalam Margo Friday Jazz yang hadir setiap pekan selama 10 tahun. Nonstop. Tidak saya sangka, Pak Dedy gembira dengan cerita itu. ''Saya juga pemain jazz,'' katanya.
''Kalau begitu Bapak harus nge-jam di Margo Friday Jazz,'' sahut saya.
Pak Dedy hanya menanggapi dengan tertawa renyah. ''Wis cocok ini. Sudah, Anda saja yang handle pekerjaan videonya,'' katanya.
Saya hanya bisa melongo. Presentasi saja belum. Baru membuka pembicaraan dengan cerita Margo Friday Jazz. Mengapa sudah langsung setuju?
''Jadi idenya bagaimana?'' tanya Pak Dedy.
''Kita bikin kanal dulu. Supaya ada media referensinya. Dari kanal itulah konten-konten musik klasik didistribusikan ke berbagai media. Bisa media cetak, media online, radio dan televisi,'' jawab saya.
Pak Dedy tiba-tiba memotong pembicaraan. Diajaknya saya pindah ke ruangan lain. Di sana ada tim media yang sedang rapat dengan topik yang sama.
''Kita akan jadikan website kita sebagai kanal musik klasik. Konsepnya akan disusun Pak Joko. Distribusi kontennya juga,'' kata Pak Dedy kepada tim media.
Lagi-lagi saya hanya bisa bengong. Kan saya belum presentasi? Dari mana mereka akan tahu kemampuan saya dalam produksi konten dan mengelola kanal musik klasik?
Yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sebelum meninggalkan kantornya di Gedung Medco Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Pak Dedy meminta saya mempresentasikan company profile Jagaters.
''Very good presentation Pak. Saya tunggu konsepnya dalam dua hari ke depan. Saya pokoknya sudah merasa cocok. Selamat bekerja,'' kata Pak Dedy menutup pertemuan. (***)
-
HEMAT CEPAT --- Hemat dan cepat. Inilah dua kata yang ikut menentukan keberhasilan bisnis modern. Khususnya sejak mewabahnya virus Covid-19. ----
-
KOPI BATU Saya harus menunggu setahun untuk mendapatkan produk ini: saringan kopi dari batu alam.
-
Harian DI's Way Selamat kepada Abah Dahlan Iskan atas penerbitan Harian DI's Way yang bukan koran hari ini. Saya sepakat. Harian DI's Way memang bukan koran. Melihat ukurannya yang mungil.
-
Musim Resepsi Virtual ----- Pandemi Covid-19 mungkin sudah mereda. Tetapi gaya hidup digital sudah menjadi budaya. Resepsi online pun menjadi kenormalan baru. -----
-
Mengakali Teknologi Empat pembicara, peserta dan admin webinar saling terpisah. Tetapi klien ingin yang tampil di layar utama hanya dua saja. Bagaimana caranya?