merdekanews.co
Senin, 28 Januari 2019 - 06:23 WIB

Laporan Dari Davos, Industri Sepur Asal Swiss Ingin Investasi di Indonesia

Setyaki Purnomo - merdekanews.co

Davos, MERDEKANEWS - Cuaca di Davos, Swiss yang cukup bersabahat, turut menghangatkan suasana sejumlah forum bisnis dan pertemuan yang diselenggarakan di Pavilion Indonesia Davos.

Kegiatan promosi potensi ekonomi Indonesia yang dilakukan di paviliun Indonesia, menghadirkan empat orang Menteri yaitu Menko Kemaritiman, Luhut B Panjaitan; Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto; Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiantara; serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong.

Peresmian Pavilion Indonesia dilakukan Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman D Hadad pada 23 Januari 2019, dikunjungi lebih dari 100 orang setiap hari. Selain menyelenggarakan diskusi dengan berbagai topik ekonomi, lingkungan dan keuangan, seperti Indonesia Economi Oulook 2019 oleh Menteri Perindustrian, blended finance untuk pembiayaan berbagai program Sustainable Development Goals/SDGs oleh Tri Hita Karana, para menteri juga mengadakan pertemuan bilateral dengan sejumlah pihak terutama dunia usaha multinasional seperti MasterCard, Coca Cola, AT&T dan masih banyak yang lainnya.

Dua perusahaan Swiss yang mengadakan pertemuan dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Kepala BKPM Thomas Lembong adalah Novartis dan Abbot, terkait bisnis mereka di Indonesia. Perusahaan Swiss lainnya yang mengadakan pertemuan dengan Airlangga adalah Stadler. Perusahaan yang berlokasi di kota Bussnang, Swiss ini mengundang Airlangga untuk mengunjungi pabriknya dan mengadakan pembicaraan mengenai rencana investasi di Indonesia.

Stadler yang berdiri sejak 1942 dengan jumlah pekerja saat ini 8.600 orang, memproduksi berbagai jenis kereta api (KA). Mulai dari light rail vehicle, metro, heavy rail hingga kereta api cepat dan lokomotif. Sejauh ini, Stadler telah mengekspor produknya ke 18 negara serta mendirikan pabrik di Polandia, Aljazair, Hongaria, Belarusia dan Amerika Serikat.

Dalam pertemuan, Stadler mengungkapkan rencana untuk menanamkan modal di Indonesia. Tentunya bekerja sama dengan industri kereta api di Indonesia. Jenis kendaraan yang direncanakan diproduksi di Indonesia mulai dari LRV, Metro sampai kereta api antar kota dan propinsi dan high speed train. Tingkat kandungan dalam negeri dalam produksi direncanakan lebih dari 60% dan aspek transfer of technology kepada mitra lokal di Indonesia akan merupakan bagian penting dalam perjanjian kerjasama nantinya.

Menanggapi rencana investasti Stadler ini, Airlangga menyatakan, sangat membutuhkan sarana transportasi jenis Metro, terutama untuk angkutan dalam kota. “Tidak hanya untuk kebutuhan pasar Indonesia, produksi perusahaan joint venture ini nantinya juga bisa memenuhi kebutuhan regional seperti negara ASEAN dan Australia,” ungkap Airlangga.

Duta Besar RI Bern, Muliaman D Hadad yang mendampingi Airlangga dalam pertemuan, menyatakan, minat dunia usaha Swiss yang memiliki teknologi tinggi untuk masuk ke Indonesia, tidak hanya menguntungkan dari sisi permodalan bagi Indonesia. “Aspek alih teknologi akan menjadi bagian penting untuk memajukan industri kereta api di Indonesia,” ujar Muliaman.

Minat Stadler untuk berinvestasi di Indonesia telah diungkapkan dalam pertemuan pimpinan Stadler dengan Duta Besar RI Bern, beberapa bulan lalu. Niat itu semakin besar untuk diwujudkan, setelah Stadler mengunjungi sebuah industri kereta api di Indonesia, serta melihat kapasitas calon mitra, dukungan pemerintah Indonesia serta pasar Indonesia dan regional yang cukup menjanjikan.

  (Setyaki Purnomo)