merdekanews.co
Sabtu, 12 November 2022 - 18:43 WIB

Brawijaya Virtual Peace Camp 2022: Mendorong Gerakan Anti Kekerasan Berbasis Gender

Deka - merdekanews.co
Seri ke-dua ini menghadirkan pemateri pertama, Ni Komang Desy Arya Pinatih, koordinator seri ini yang merupakan dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP UB sekaligus peneliti yang memiliki perhatian pada isu perdagangan manusia, menyampaikan materi tentangĀ  definisi kekerasan berbasis gender, jenis-jenisnya, dan mitos dan realitas seputar kekerasan berbasis gender.

Malang, MERDEKANEWS -- Hari ini, 12 November 2022. Brawijaya Virtual Peace Camp 2022 memasuki seri ke-dua pelaksanaan yang mengusung materi tentang kekerasan berbasis gender.

Pada hari ke-dua ini, peserta juga dibekali materi mengenai bagaimana memulai gerakan yang mendorong anti kekerasan berbasis gender.

Kekerasan berbasiskan gender (KBG) merupakan isu yang mengemuka pada akhir-akhir ini. 

Catatan Tahunan (Catahu) dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang terbit tahun 2022 menyebut adanya 338.496 kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan pada tahun 2021.

 



Peduli dengan isu tersebut, kelompok Pengabdian kepada Masyarakat Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas  Brawijaya (UB) mengadakan seri Brawijaya Virtual Peace Camp (BVPC) 2020 yang mengangkat tema #BreakTheBias.

Di dalam acara yang diadakan secara virtual ini, bias gender dipercaya sebagai salah satu penyebab terjadinya KBG terutama terhadap perempuan.

#BreakTheBias sendiri merupakan tema untuk Hari Perempuan Internasional tahun 2023. Tema ini diambil dengan tujuan untuk menciptakan dunia yang bebas bias, stereotype dan diskriminasi terhadap perempuan.

Sejumlah kajian tentang perempuan, perdamaian dan keamanan menunjukkan bukti kuat bahwa ketidakadilan gender terhubung dengan kondisi tidak damai dan tidak stabil.

Dengan alasan itulah maka Brawijaya Virtual Peace Camp yang diadakan setiap tahun sejak 2020 ini mengambil tema terkait keadilan gender sebagai tema tahun ini.

Seri ke-dua ini menghadirkan pemateri pertama, Ni Komang Desy Arya Pinatih, koordinator seri ini yang merupakan dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP UB sekaligus peneliti yang memiliki perhatian pada isu perdagangan manusia, menyampaikan materi tentang  definisi kekerasan berbasis gender, jenis-jenisnya, dan mitos dan realitas seputar kekerasan berbasis gender.

Peserta diajak mengenali dan memahami berbagai macam bentuk kekerasan berbasis gender yang mungkin terjadi di sekitar kehidupan peserta.

Pemateri kedua seri ini adalah Asih Purwanti, yang memberikan materi tentang bagaimana membangun gerakan atau aksi yang mendorong anti kekerasan berbasis gender.

Peserta dibekali dengan bagaimana mengidentifikasi masalah, mengelola sumber daya, dan membangun strategi untuk mengupayakan pencegahan kekerasan berbasis gender.

Kegiatan ini masih diikuti oleh peserta yang sama dengan seri pertama yang datang dari hampir semua SMA Negeri ke Kabupaten Malang, yaitu :  SMAN 1 Lawang, SMAN 1 Singosari, SMAN 1 Sumberpucung, SMAN 1 Dampit, dan SMAN 1 Kepanjen.

Materi disampaikan dalam bentuk simulasi, pemutaran film pendek dan kerja kelompok  sehingga memudahkan peserta memahmi materi dan mendorong kolaborasi peserta dalam membangun gerakan bersama melawan kekerasan berbasis gender.

Peserta diminta menyusun rencana project gerakan sevara berkelompok dan kelompok dengan rencana gerakan terbaik mendapatkan pembiayaan untuk melaksanakan projectnya.

Kegiatan ini ditutup dengan memilih kelompok terbaik yang diraih oleh SMAN 1 Sumberpucung  dan 2 peserta terbaik diraih oleh  Dandick Halim Wiratama dari SMAN 1 Singosari dan HApsari Rahmah Irawan dari SMAN 1 Kepanjen.

(Deka)