merdekanews.co
Jumat, 30 September 2022 - 15:40 WIB

Peningkatan Kinerja BUMN, Bukti Keberhasilan Agenda Transformasi di bawah Kepemimpinan Erick Thohir

Iwan P - merdekanews.co
Menteri BUMN Erick Thohir

Jakarta, MERDEKANEWS -- Kinerja portofolio BUMN tahun 2021 menunjukkan capaian yang positif di tengah situasi pandemi global yang penuh tantangan.

Hal ini tidak terlepas dari berbagai agenda transformasi yang dituangkan dalam peta jalan BUMN.

“Transformasi BUMN tidak hanya transformasi business model, people, human capital, business process, dan lain-lain. Tapi kita juga ingin memastikan transformasi melalui laporan keuangan yang terkonsolidasi. Karena tentu sebagai BUMN, penting sekali punya buku yang bisa kita baca bersama-sama. Ini merupakan bagian dari transparansi dan good corporate governance yang kita ciptakan selalu, dimana keterbukaan itu menjadi penting,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam Konferensi Pers Kinerja Portofolio BUMN Tahun 2021 yang dihadiri awak media di Jakarta, Rabu (28/9).

Erick mengungkapkan, laporan tahunan terkonsolidasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja masing-masing BUMN yang juga berfungsi sebagai early warning system untuk melihat dan memprediksi keberlanjutan serta strategi BUMN ke depannya.

Transformasi BUMN terbukti mampu mendongkrak kinerja BUMN. Hal ini terlihat dari angka-angka laporan keuangan yang dapat dijadikan indikator, seperti peningkatan revenue, EBITDA margin, hingga penurunan rasio utang terhadap total investasi.

“Kita lihat laporan keuangan, untuk buku 2021 terjadi peningkatan revenue 18,8% menjadi Rp2.292,5 triliun. Angka ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan APBN kita. Jadi proporsionalnya hampir mirip. EBITDA margin meningkat menjadi 20,4%, artinya makin sehat dan jelas sehat. Total utangnya (BUMN) Rp1.579,6 triliun dan tentu equity atau modal (tahun 2021), mencapai Rp2.778,3 triliun. Debt to invested capital kita kira-kira 36% artinya juga sehat,” pungkas Erick.

Di samping peningkatan revenue, EBITDA margin, dan penurunan rasio utang, kinerja BUMN yang semakin baik dapat dilihat pula dari penurunan bunga konsolidasi yang awalnya Rp91,5 triliun di tahun 2020 menjadi Rp73,5 triliun di tahun 2021.

Tak hanya dari sisi keuangan, Kementerian BUMN pun secara konsisten melakukan efisiensi jumlah BUMN melalui pembentukan klaster BUMN.

“Kita tidak menutup mata ada juga BUMN yang kurang sehat, maka sejak awal kita bentuk portofolio daripada perbaikan BUMN-BUMN. BUMN-BUMN yang tidak masuk ekosistem, akan berada di bawah Danareksa dan juga PPA. Dan InsyaAllah, jumlah BUMN terus kita
lakukan konsolidasi karena kita ingin memastikan bukan banyaknya BUMN tetapi justru impact BUMN kepada industri dan tentunya kepada masyarakat,” tegas Erick.


Transformasi BUMN juga tercermin dari program-program yang mendukung keterwakilan perempuan di jajaran direksi dan pemimpin muda di BUMN. Erick optimistis mampu mencapai target dalam waktu dekat.

“Data 2022, ada 17% (direksi perempuan di BUMN), targetnya kan 2023 itu 25%. Jadi masih ada gap 8% untuk dalam waktu kurang lebih 1 tahun 3 bulan. Saya optimistis bisa tercapai, walaupun tidak mudah. Karena memang ini percepatan yang saya rasa sangat signifikan. Tapi kalau tidak kita lakukan, kapan lagi, karena ini bagian dari perubahan dinamika yang harus kita hadapi bersama-sama. Sama juga ketika kita mendorong direksi di bawah 42 tahun. Kemarin angkanya tercapai lebih dari 5% di tahun 2021. Dan angka ini terus kita jaga dan tingkatkan, saya juga melihat untuk mencapai 10% di tahun 2023 mestinya bisa. Kita lakukan ini karena kita harus mulai berinvestasi kepada future leader kita,” jelas Erick.

Erick turut menyampaikan rencananya untuk mewujudkan less bureaucracy melalui konsolidasi 45 Peraturan Menteri BUMN (Permen) menjadi maksimal 8 hingga 4 Permen saja. Hal ini dilakukan supaya direksi atau leader di BUMN hanya perlu me-review 4 Permen yang menjadi acuan kerja.

Tujuannya untuk mendorong percepatan kinerja BUMN yang menjalankan sepertiga ekonomi Indonesia dalam kondisi sehat serta mendorong program kesejahteraan masyarakat lebih optimal.

(Iwan P)