merdekanews.co
Jumat, 30 April 2021 - 13:01 WIB

Bahas Masa Depan Industri Indonesia, Bappenas Siapkan IDF 2021

Hadi Siswo - merdekanews.co
Bincang Santai IDF 2021 “Mengenal IDF Lebih Dalam” pada Rabu (28/4) secara daring

Jakarta, MERDEKANEWS – Kementerian PPN/Bappenas menyelenggarakan Bincang Santai IDF 2021 “Mengenal IDF Lebih Dalam” pada Rabu (28/4) secara daring. IDF 2021 mengusung tema Indonesia’s Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation”.

Saat ini, strategi pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 berfokus pada pemulihan industri yang memiliki daya ungkit, penyerapan tenaga kerja tinggi, dan multiplier effect besar dalam kerangka transformasi ekonomi.

Pemulihan dan transformasi ekonomi menuntut kerja keras dan keterlibatan seluruh pelaku pembangunan Indonesia.


“IDF 2021 sebagai wadah berkumpul dan bertukar gagasan tentu tidak dapat memberi kontribusi penuh bagi Indonesia tanpa adanya partisipasi aktif dan antusiasme dari masyarakat, terutama dari kaum muda yang sedang dan masih akan menjadi aktor pembangunan utama bagi Indonesia sampai visinya tercapai pada tahun 2045.

Kegiatan ini melibatkan beberapa peserta IDF dari tahun sebelumnya untuk berbagi pengalaman terkait keikutsertaan dalam IDF dan menjembatani pembahasan terkait tema dan sub tema IDF 2021 sehingga hasil diskusi dan sharing session ini dapat membawa pemahaman khalayak umum baik segi konseptual acara maupun substansial tema,” ujar Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Kementerian PPN/Bappenas Eka Chandra Buana.


Sekretariat Tim Koordinasi Strategis Penguatan Pendampingan Pembangunan (TKSP3) Kementerian PPN/Bappenas Rahma Iryanti yang berperan sebagai Ketua Pelaksana IDF kali pertama di 2017 menegaskan peran IDF sebagai wadah komunikasi skala nasional dan internasional yang membahas isu pembangunan dengan melibatkan para ahli serta seluruh komponen masyarakat.

"Dalam IDF, kita mengenalkan bentuk diskusi yang berbeda sehingga di sini, respons masyarakat luar biasa. Salah satunya adalah bentuk diskusi dengan metode fishbowl, biasanya diskusi dalam acara dilakukan dua arah yaitu antara pembicara dan peserta, di sini diskusi dilakukan terlebih dahulu oleh para pembicara, kemudian setelah itu peserta menanggapi,” ujar Rahma.

Dari tahun ke tahun, peserta, pembicara, dan sesi diskusi di IDF terus meningkat, yakni 2 sesi plenary, 29 sesi paralel, 152 pembicara, 1476 peserta di 2017, menjadi 7 sesi plenary, 70 sesi paralel, 273 pembicara, dan 3315 peserta di 2019.

 
Peserta IDF 2018, Environmental Economist dan Co-Founder Think Policy Society Andhyta Firselly Utami, memaparkan peran IDF yang membuka ruang alternatif bagi setiap lapisan masyarakat untuk merespons isu pembangunan, terutama terkait sinkronisasi tren dunia dengan kebijakan pemerintah.

“Ruang dalam IDF sangat terbuka, informal dan egaliter, jadi baik masyarakat langsung, komunitas, organisasi, sipil sektor, swasta dan pemerintah bisa diskusi dan ngobrol tentang isu yang paling aktual.

Jadi, bukan sekedar formalitas, tapi juga membahas apa yang menjadi tantangan saat ini, seperti pandemi misalnya, karena tanpa IDF, sebenarnya kebijakan itu relatif berjalan lambat, padahal dunia terus bergerak cepat,” ujar Andhyta.


Sementara itu, peserta IDF 2019 sekaligus CEO dan Founder Timor Moringa Meybi Agnesya memandang IDF sebagai forum yang secara masif membuka kesempatan untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

"Anda tidak akan tahu kondisi lapangan kalau bukan langsung dari orang yang menjalankannya. IDF bisa menjadi forum yang dapat menghadirkan kolaborasi, bergandengan tangan untuk keluar dari pandemi ini, bersama-sama, demi kemajuan Indonesia,” ungkap pengusaha asal Nusa Tenggara Timur tersebut. 

(Hadi Siswo)