merdekanews.co
Minggu, 25 April 2021 - 10:40 WIB

Lanjutkan Cita-cita Kartini, Perempuan Dituntut Terampil Teknologi

Deka - merdekanews.co
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga

Jakarta, MERDEKANEWS --  Dalam waktu dekat, seluruh hal di sekitar kita akan saling terkoneksi melalui internet.

Selain itu, dengan visi Indonesia untuk menjadi negara yang berdaulat, adil, dan makmur dalam perayaan 100 tahun kemerdekaan di tahun 2045, maka ekonomi berbasis inovasi dan transformasi digital sudah tidak dapat ditawar lagi. Oleh karenanya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mendorong kaum perempuan untuk melanjutkan perjuangan Kartini, salah satunya dengan menguasai teknologi. Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) esensial bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan di masa depan.

“Berkaca pada semangat R.A Kartini, tugas kita hari ini bukan hanya untuk menutup lubang ketidaksetaraan yang masih ada. Namun, juga berpikir dua, tiga langkah lebih maju dan memastikan perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan. Untuk itu, cita-cita Kartini, cita-cita seluruh perempuan Indonesia, masih harus kita perjuangkan dengan segala daya dan upaya. Akses dan keterampilan perempuan terhadap TIK menjadi kesempatan emas yang harus kita raih demi memberdayakan para perempuan pengusaha agar dapat bersaing di masa kini, dan juga masa depan,” tutur Menteri Bintang pada Webinar Kartini di Era Digital (24/04)

Namun sayangnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019, persentase pengguna internet perempuan masih lebih rendah dari laki-laki, yaitu 46,87 persen dibandingkan 53,13 persen.

“Akses dan penguasaan terhadap TIK menjadi wajib dimiliki perempuan, karena tidak hanya akan bermanfaat di masa kini, tetapi juga esensial bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan di masa depan. Jika kita tidak berupaya keras untuk memberdayakan perempuan dalam dunia digital, maka perempuan akan semakin kehilangan akses, baik terhadap informasi, pendidikan, layanan kesehatan, bahkan jaring pengaman sosial, dan pendapatan di masa depan,” lanjut Menteri Bintang.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah yang hadir dalam webinar tersebut mengatakan bahwa meneladani semangat kartini masih sangat relevan untuk kita lakukan. Masa depan Indonesia ada pada Kartini-Kartini masa kini. Hal itu terbukti, Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Arief Mulyadi mengatakan 89 persen dari 50.960 insan PNM yang tersebar di seluruh Indonesia adalah perempuan.

Staf Khusus Presiden RI Bidang Sosial, Angkie Yudistia yang hadir dalam2 acara tersebut juga berbagi pengalaman dalam memperjuangkan hak 38 juta jiwa penyandang disabilitas di Indonesia agar bisa mengakses program-program pemerintah, salah satunya melalui inisiasi Gerakan Indonesia Bisa. Melalui gerakan ini, para penyandang disabilitas bisa bekerja dan berusaha.

Sejak usia 10 (sepuluh) tahun Angkie kehilangan indera pendengarannya. Namun, ia mengaku bisa ada di tahap ini karena ia mau menerima dirinya sendiri, menyayangi diri sendiri, dan punya mimpi.

“Sebagai perempuan tentu kita memiliki peran. Jangan memilih antara keluarga atau karir. Sebagai perempuan kita bisa menjalankan keduanya. Kita bisa menjalankan peran bagi diri kita sendiri, peran sebagai anak untuk orangtua, peran sebagai istri untuk suami, dan peran sebagai ibu untuk anak kita. Kita harus menikmati itu semua. Salah satu tugas kita adalah membimbing generasi berikutnya agar lebih hebat dari kita. Selanjutnya, saya berpesan agar para perempuan saling mendukung. Sebagai perempuan kita bisa kuat dengan mendukung satu sama lain,” pesan Angkie.

Dalam acara tersebut, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Lenny N. Rosalin memaparkan data dan informasi tentang kemajuan dan tantangan perempuan Indonesia di berbagai bidang pembangunan.

(Deka)